Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Thursday, February 11, 2010

Mubarok: SBY Tak Akan Lakukan Deal Politik

Jalan panjang yang telah dilalui Pansus Angket Century nampaknya tak akan membuahkan hasil menguntungkan buat rakyat. Kalangan pengamat meyakini parpol-parpol yang memiliki anggota dalam Pansus lebih mengutamakan kepentingan jangka pendek, yakni deal politik dengan pemerintah. Apalagi posisi Presiden SBY dianggap terlalu kuat untuk dimakzulkan.
Masalahnya, sejauh mana Presiden SBY bersedia memenuhi tuntutan deal politik itu? Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Achmad Mubarok, membeberkan kemungkinan-kemungkinan sikap yang hendak diambil SBY dalam menghadapi maneuver parpol dalam Pansus Century. Berikut ini penuturan orang dekat SBY ini kepada wartawan Kabar Politik, Alfonsius Takota, yang menyambangi kantornya di Jl Satrio No.12A, Jakarta, Selasa (2/2).
Apa pendapat Anda soal sikap Pansus menjelang akhir tugasnya?
Sebenarnya inforamasi yang digali oleh Pansus itu sudah banyak sekali. Tetapi ketika orang berusaha mencaritahu banyak hal, tidak berarti harus bebas nilai. Pasti ada keberpihakan. Hanya keberpihakan itu, kepada yang kecil atau yang besar. Kalau berpihak kepada yang kecil artinya keberpihakan itu jatuhnya kepada partainya sendiri. Dan kalau keberpihakan kepada yang besar maka akan jatuh ke kepentingan bangsa dan Negara. Kesinambungan bangsa dan Negara ini.
Jika Pansus itu berpihak kepada kepentingan jangka panjang bangsa dan negara ini, maka Pansus akan melakukan sesuatu yang membawa prospek keberlansungan bangsa dan negara ini secara prospektif. Sehingga tidak membuat rekomendasi yang kemudian justru bangsa ini disibukan memasuki lorong-lorong yang gelap.
Pansus ini ibaratnya sebuah kendaran yang sedang melaju melalui tol mau Cikampek tetapi ketika ada belokan apalagi gang kecil yang menarik, maka cukup dilihat jangan kemudian masuk gang dan akhirnya jalan terus via gang dan tak ada ujung. Akhirnya tidak sampai ke Cikampek.

Jadi kerja Pansus tidak fokus?
Nah, Pansus ini ibaratnya seperti itu. Terus kejar sesuatu yang sedetail-detailnya. Akibatnya korban sangat banyak, yaitu agenda umum (pembangunan), psikologi masyarakat terganggu dan berpotensi selama lima tahun kerjanya adalah mengkritisi, sehingga pembangunan tidak berjalan. Ini akan mengganggu suksesi kepemimpinan di tahun 2014.
Setelah Soekarno dengan hard powernya jatuh secara tidak terhormat, demikian juga Soeharto juga jatuh tidak terhormat. Kemudian selama reformasi, dalam satu periode kepresidenan ada empat presiden, semuanya sebentar-sebentar. Habibie sebentar, Gus Dur sebentar, Mega sebentar. Nah diakhir dengan sebuah awal dimana seorang presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu langsung.
Seharusnya era ini dikawal oleh kita semua, terutama DPR. Soekarno selama 20 tahun, Soeharto 32 tahun, sementara era sekarang sudah dijamin 10 tahun. Model yang sekarang ini sejatinya harus dipertahankan, maka akan menjadi jalan raya bagi pembangunan demokrasi, ekonomi dan politik yang baik di republik ini ke depan.

Jadi Anda melihat ada yang tidak beres pada Pansus?
Yang terjadi sekarang kan para pemimpin ingin sekali melakukan pemakzulan. Mereka berpikir, kalau memang bisa dilakukan pemakzulan kenapa tidak? Karena itu dicari-carilan pasal-pasalnya. Pekerjaan untuk mencari pemakzulan itu memakan waktu, energi, biaya, psikologi. Itu yang sebutkan tadi memasuki gang. Kita sudah tahu liku-likunya banyak tetapi kita mau mencobanya dan meninggalkan substansi masalah. Padahal sudah tahu ongkosnya mahal.

Apakah mereka itu sebenarnya siap dengan pengganti yang lebih baik?
Tidak ada. Justru itu mereka tidak mempunyai konsep. Sudah jelas kemarin (Pilpres 2009) ada tiga kandidat, yaitu Megawati, JK dan SBY. Sekarang kita ada SBY. Dan kalau SBY jatuh, siapa yang mau diusung kan? Siapa? Yang ada konsepnya sederhana, kalau pak Boediono turun, maka Golkar akan mengusulkan Ical untuk naik dan PKS akan mengusung Hidayat Nur Wahdt. Itu lamunan mereka.

Apakah PAN juga melakukan hayalan yang sama?
Boleh juga Hatta Rajasa diusung untuk naik ke posisi Wapres. Mereka-mereka ini yang banyak masuk gang yang gak menentu. Padahal ongkosnya besar.

Nampaknya Anda sangat pesimis dengan kerja Pansus?
Nah justru karena pansus itu hipokritis, maka substansinya menjadi tidak ada. Karena hipokritis itu maka mereka lupa akan posisinya. Yang ditanya itu seolah-olah terdakwa. Mereka bukan kritis, tetapi hipokritis. Akhirnya pertanyaanya berputar-putar, ujung-ujungnya mereka memprovokasi masyarakat. Misalnya demo kemarin, mereka membawa foto presiden dan menempel di kerbau. Itu ongkos psikologinya sangat mahal. Kita ini sebenarnya jadi tontonan masyarakat internasional. Sementara pemain yang di DPR itu berbangga karena mereka merasa mewakili rakyat.

Artinya Anda melihat Pansus berhasil memprovokasi rakyat?
Iya, mereka berhasil memprovokasi masyarakat. Tetapi tidak berhasil mengambil benang merah dari perjuangan mereka.

Tetapi bukankah kerja Pansus memang untuk membongkar misteri dibalik skandal Century?
Ya, yang namanya pembongkaran oleh sebuah lembaga di DPR itu tidak berarti membongkar seperti korengan yang dibuka sekaligus seperti itu. Harusnya dibuka dengan peta yang menggambarkan anatomi sebuah persoalan. Ini kan tanpa adanya solusi. Itulah yang terjadi di DPR di pansus kita sekarang.

Dari pengamatan Anda, sekarang ini sampai sejauh mana hasi pansus?
Ada kebijakan dan ada penyimpangan. Kalau kebijakan pasti bisa benar dan juga bisa salah. Artinya jika benar, maka nilainya dua dan kalau salah nilainya satu. Sebenarnya pansus sudah membuka borok-borok, tetapi justru tidak berhasil menerangkan struktur dari borok-borok itu.

Artinya dalam kasus ini ada borok?
Iya lah. Pasti ada borok. Sepanjang sejarah tidak ada yang berjalan mulus. Siapa pun pemimpinnya pasti ada masalah. Namanya dunia politik pasti ada. Tetapi ada borok yang berbahaya apabila menjalar ke mana-mana dan ada juga yang bisa disembuhkan.

Untuk kasus Century ini masuk kategori yang mana?
Sebenarnya Century ini kecil. Masih ada kasus besar lainnya seperti BLBI sebesar 600 triliun, bahkan kasus pajak penjualan batu bara milik Aburizal Bakrie yang nilainnya mencapai Rp 10 triliunan lebih yang belum diusung. Ini saya baca dari koran. Sementara Century hanya 5 triliun.

Tetapi mengapa kasus Century ini terkesan besar. Apakah karena kepentingan tawar menawar politik?
Iya. Maka, apa pun yang mereka gunakan itu untuk bargaining potition dalam pergantian kabinet atau direktur-direktur di BUMN.

Siapa yang paling berambisi dalam hal ini?
Partai yang paling gencar adalah Golkar dan PKS. Kedua partai ini mengincar posisi wakil presiden.

Kalau kedua partai ini ngotot terus berarti akan terjadi perombakan kabinet?
Kalau melihat karakter SBY, saya pikir tidak akan melakukan secara terburu-buru. Dan kalau ada perombakan, maka tidak dilakukan sekarang. Paling tidak setelah setahun.

Perombakan ini karena deal politik atau bagaimana?
Kalau ada perombakan kabinet itu karena SBY berpikir ke depan. Berpikir untuk bangsa ini. Karena kalau berdasarkan deal-deal politik, saya pikir menteri dari partai ternyata tidak menolong pemerintah. Kita lihat sekarang ini, koalisi sama sekali tidak membantu. Jadi apa gunanya orang partai di kabinet?

Jadi Anda yakin SBY tidak akan menghiraukan tuntutan deal politik?
Iya begitu. SBY akan merombak kabinet berdasarkan kinerja dan profesionalisme, tidak berdasarkan deal-deal politik. Saya pikir SBY telah banyak mengambil hikmah dari kasus Century ini. Saya berpikir lebih baik kurangi jatah partai dan perbanyak figur profesional.

Perubahan apa yang akan dilakukan SBY bila melakukan perombakan kabinet?
Saya melihat kurang menteri senior yang bisa menjadi penyeimbang atau partner presiden yang bisa saling tukar menukar ide. Kalau kabinet yang lalu ada JK dan Aburizal Bakrie. Tapi sekarang tidak ada. Semua hal menunggu presiden. Semua mentri benar-benar menjadi pembantu presiden.

Kembali ke Pansus, seberapa besar kemungkinan kesimpulan akhir Pansus nanti mengarah ke pemakzulan?
Saya sih percaya bahwa pada akhirnya, ketika merumuskan (kesimpulan akhir), maka ketua-ketua partai akan terlibat. Maka, mereka juga akan menyadari implikasi dari keputusan pansus itu untuk bangsa dan negara ke depan. Saya yakin pada akhirnya akan ketemu format yang sama. Karena semuanya serba susah, kalau mau belok kiri jalannya terjal, kalau ke kanan lorongnya panjang. Maka, satu-satunya jalan lurus.

Berarti terjadi deal politik?
Saya pikir bukan deal-deal politk, tetapi kesadaran bahwa bangsa ini harus dibangun tidak dengan main-main. Pansus itu dibangun dengan main-main, tanpa memikirkan implikasi. Implikasi psikologi yang menggerakkan bola liar.