Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Thursday, February 11, 2010

Ada Apa dengan Guruh Soekarno?

Oleh: Rovy Giovanie
Sikap DPP PDIP mempertahankan Megawati nampaknya tak menghentikan langkah Guruh Soekarnoputra. Dia malah menuding ada kekuatan hendak menghancurkan PDIP. Ada apa sebenarnya dengan Guruh?

Sabtu (30/1) malam di sebuah kafe di bilangan Pancoran, Jakarta, seorang politisi senior asyik menyeruput kopinya. Berkali-kali dia melihat jam tangannya seraya menarik nafas panjang, sepertinya sedang menunggu kehadiran seseorang. “Sepertinya dia terjebak macet,” tuturnya ketika dihampiri Mimbar Politik tentang kawannya yang dinanti.
Entah kenapa, dia tertarik membincangkan soal maneuver politik yang tengah dilakukan Guruh Soekarnoputra. Sambil mewanti-wanti agar namanya tak dimuat dalam pemberitaan, mantan petinggi PDIP ini memberi bocoran. “Sebagai masukan saja ya. Sebenarnya Mas Guruh itu tidak berjuang sendirian. Ada kekuatan dana lumayan besar yang menyokongnya,” ujar sang sumber, meyakinkan.
Siapakah sang penyandang dana itu? Sang politisi hanya menyebutkan bahwa mereka adalah para pengusaha yang dulu pernah memiliki kedekatan dengan PDIP. “Saya yakin teman-teman juga sangat sadar kalau untuk mengalahkan Megawati itu sangat sulit, meski tidak mustahil. Tapi sebenarnya ada agenda lain yang tak kalah penting,” tutur sumber itu merahasikan apa target utamanya.
Konon, berkat dukungan para pengusaha itulah, pertengahan Januari 2009 lalu, Guruh mendeklarasikan diri sebagai calon ketua umum DPP PDIP dan siap bersaing melalui kongres bulan April 2010 nanti. Tak tanggung-tanggung, Guruh waktu itu mengklaim dukungan dari sekitar 500 DPC se-Indonesia.
Namun, klaim Guruh ini dibantah ramai-ramai oleh para petinggi DPP PDIP. Tak kurang suami Megawati Soekarnoputri, Taufik Kiemas, sendiri secara tandas mengatakan, kongres PDIP sejatinya sudah selesai. “Saya rasa semua anak cabang itu sudah memilih satu nama. Satu nama untuk Ketua Umum (Mega), satu nama untuk Ketua DPC, dan Satu nama untuk Ketua DPD. Jadi ini demokrasi kita dari bawah," tandas Taufik Kiemas, beberapa waktu lalu.
Toh sanggahan para elit PDIP itu tak menghentikan langkah Guruh. Meski pernah berjanji untuk mundur dari pencalonan bila kakaknya mencalonkan diri kembali, namun Guruh tak menyerah begitu saja. Saat audiensi dengan sekitar 100 pendukungnya dari Jawa Barat, di kediamannya di Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Senin (1/2), Guruh mengungkap adanya ketidakberesan di jajaran elit partai moncong putih itu. "Saya lihat dengan mata kepala sendiri, di lingkungan PDIP dipenuhi oleh oknum. Bisa saja ditengarai satu atau lebih yang akan obrak-abrik PDIP," katanya.
Oknum tersebut, jelas Guruh, berada di berbagai sendi internal PDIP. Dan jumlahnya pun tidak sedikit. Mereka adalah sisa dari orde baru dan situasi era reformasi yang belum menghasilkan perubahan. Bahkan Guruh menduga, mereka sengaja untuk menghancurkan ajaran Soekarno. "Semua untuk maksud De-Soekarnoisasi. Mengubur nama Bung Karno, apakah kelurganya, ajaran, namanya dan pengikutnya. Itu dilakukan di dalam dan di luar partai," paparnya panjang lebar.
Karena itu, Guruh yang memposisikan diri sebagai pengusung perubahan di PDIP itu siap terjun melakukan penyelamatan. “Kata politiknya adalah kita perlukan revolusi. Sekarang juga perubahan, it's now or never," tandasnya.
Sumber Mimbar Politik di DPP PDIP mengungkapkan, bahwa Guruh sebenarnya dimanfaatkan oleh para oknum mantan petinggi PDIP yang telah tersingkir. Mereka yang beberapa tahun lalu ‘bedol desa’ dari markas banteng moncong putih itu, menurut sumber tadi, memang sudah sejak dulu berkonflik dengan para tokoh pro status quo yang dikomandani Theo Sjafei. “Saya kira target mereka adalah kelompok itu. Kami sendiri di DPP juga banyak yang berseberangan dengan dia (Theo Sjafei). Tetapi pengaruhnya masih sangat kuat terhadap Bu Mega,” ucapnya.
Lantas, mampukah revolusi ala Guruh memperbarui PDIP?