Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Wednesday, September 8, 2010

Berita Hari Ini


Tuesday, September 7, 2010

Berita Hari Ini

Berita Hari Ini


Monday, September 6, 2010

Berita Hari Ini



Wednesday, September 1, 2010

Berita Hari Ini


Thursday, August 26, 2010

Berita Hari Ini



Berita Hari Ini

* Wawancara Khusus Prof Dr Krisna Harahap
Amandemen UUD Penuh Kepentingan Politik

Baca selengkapknya dalam rubrik interview.

Thursday, August 5, 2010

COVER STORY

Ironis! Tak hanya eksekutif yang bermental bobrok, wakil rakyat di Senayan ternyata tak kalah memprihatinkan. Wakil rakyat ‘yang terhormat’ ternyata lebih sibuk mengurusi bisnis dan obyekannya ketimbang tugas dan fungsinya. Tak salah bila ada anggapan bahwa jabatan di Dewan hanya sebagai pekerjaan sampingan. Lengkapnya baca di rubrik COVER STORY.

Wednesday, August 4, 2010

Redupnya Pamor Sang Presiden

Kritikan tajam dan kejadian ‘memalukan’ tak henti-hentinya menimpa lingkungan Istana Negara dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah kalangan pun menganggapnya sebagai pertanda awal kejatuhan Sang Presiden. Benarkah?

Naskah: Rovy Giovanie
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan kekacauan Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional di Istana Tampak Siring, Gianyar, Bali, Senin (26/7). Saat itu, panitia acara salah ketika mengumumkan pemenang lomba, sehingga seorang murid SMPN 1 Wonosari, Gunung Kidul, bernama Agustina Eka, yang terlanjur disebut sebagai pemanang harus berurai air mata di depan Presiden. Ibu Negara Ani Yudhoyono pun terpaksa harus menghibur sang anak yang sudah terlanjur naik ke podium itu.
Meski ini jelas-jelas bukan kesalahan SBY, tapi insiden memalukan ini jelas mempengaruhi wibawa presiden. Apalagi pengunjung acara itu kompak berteriak ‘huuuu’ –tanpa mempedulikan keberadaan Presiden SBY di panggung kehormatan-- ketika panitia meralat pemenang lomba.
Kejadian ini melengkapi kejadian memalukan lainnya yang juga disangkutpautkan dengan Presiden. Pada peringatan Hari Anak Nasional di Taman Mini Indonesia, Jumat (23/7), seorang bocah peserta operet dilaporkan telah menjadi korban penoyoran. Kabarnya pelakunya adalah paspampres. "Ada seorang anak kecil namanya C, 9 tahun, peserta operet, sehabis salaman dengan Pak SBY tadi, kemudian tidak tahu bagaimana dia `ditoyor`," kata Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, di Jakarta, Jumat (23/7).
Belakangan, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha membantah bahwa pelaku penoyoran adalah Paspampres. Dari hasil investigasi yang telah dilakukan Paspampres, menurut Julian, tidak ada satu pun anggota Paspampres yang melakukan penoyoran.
Terlepas dari benar-tidaknya bantahan Julian, yang jelas menurut Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, bahwa kejadian itu telah mencoreng citra presiden. "Ini merupakan blunder yang menggambarkan lemahnya pengamanan terhadap Presiden sekaligus merusak citra Presiden Yudhoyono," ungkapnya.
Itu baru dua kejadian yang waktunya sangat berdekatan. Masih ada lagi yang tak kalah menghebohkan, yakni kedatangan korban ledakan tabung gas LPG ke Istana Negara. Pihak Istana Negara sempat dikabarkan menolak menemui korban ledagan tabung gas, Susi Haryani (29) dan anaknya, Ridho Januar (4,5). Saat itu, Senin (19/7), keduanya mendatangi Gedung Sekretariat Negara untuk meminta pertolongan Presiden karena tidak memiliki biaya berobat.
Namun, lagi-lagi, kabar penolakan Istana itu langsung dibantah Julian Pasha. Meski menyarankan agar korban ditangani oleh Pemerintah Daerah terlebih dahulu, namun menurut Julian, Presiden sama sekali tak keberatan jika masyarakat mendatangi Istana untuk mengeluhkan nasibnya. "Bapak Presiden mengingatkan, setiap ada hal-hal yang sifatnya mungkin apakah itu korban seperti korban tabung gas agar ditangani dengan baik di level yang lebih dekat. Kalau di Jawa Timur ya mungkin Pemda setempat, sehingga tidak serta merta datang, ini sangat memprihatinkan," ujarnya.
Meski korban ledakan itu akhirnya mendapat penanganan Menteri Kesehatan, namun isu ini sempat menjadi komoditas untuk menyudutkan Presiden yang dianggap kurang tanggap terhadap rakyatnya sendiri. Berbagai komentar miring pun mengemuka dari para pengamat dan tokoh. Maklum, beberapa hari sebelumnya, Istana juga dihebohkan oleh Surat Pembaca Hendra tentang kesewenang-wenangan Patwal Presiden.
Surat yang dimuat di sebuah harian ternama ibukota itu menceritakan kejadian yang menimpa Hendra yang tak lain juga warga Cikeas dimana SBY Tinggal bersama keluarganya. Ia mengaku trauma akibat kejadian yang menimpanya pada Jumat (9/7). Saat itu petugas Patwal menghajar kap mesin mobilnya dan memukul spion kanan sambil mencaci dan mengancamnya. “Pak SBY yang kami hormati, mohon pindah ke Istana Negara sebagai tempat kediaman resmi presiden. Betapa kami saban hari sengsara setiap Anda dan keluarga keluar dari rumah di Cikeas. Cibubur hanya lancar buat Presiden dan keluarga, tidak untuk kebanyakan warga,” demikian Hendra dalam suratnya.
Surat pembaca ini ternyata mendapat sambutan luar biasa dari berbagai kalangan. Hampir semua media lokal dan nasional pun mengangkat insiden Patwal ini sebagai berita utama selama beberapa hari. Seolah memanfaatkan kesempatan, para politisi Senayan pun serempak mengkritisi Presiden. Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo, misalnya mengecam keras perilaku Patwal. “Masyarakat bukan teroris yang harus diwaspadai yang mengancam nyawa presiden," kata Tjahjo.
Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR, TB Hasanuddin, pun menyarankan agar SBY meniru almarhum Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) ketika menjabat presiden yang kala itu memutuskan tinggal di Istana Negara. "Diharapkan mobilitas Presiden tidak mengganggu kepentingan publik," tegasnya.
Berbagai komentar memang terus bermunculan menyikapi kasus Patwal ini. Sampai-sampai para politisi Demokrat berang. Juru Bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, pun menuding sejumlah parpol dibalik berbagai pemberitaan negatif tentang presiden, termasuk kasus Hendra. “Saya menduga ini adalah ulah dari partai besar yang nggak siap kalah. Sudahlah nggak perlu pakai trik-trik, tunggu saja 2014 nanti,” ujar Ruhut di Jakarta, pekan lalu.
Dugaan Ruhut ini diperkuat dengan fakta bahwa kejadian dan berita miring tentang SBY ini terjadi begitu beruntun. Padahal sebelumnya tidak pernah ada kejadian demikian. Karena itu politisi nyentrik ini menduga ada pihak-pihak yang sengaja merekayasa untuk menjatuhkan nama presiden.
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, juga tak menampik kemungkinan adanya lawan-lawan SBY yang berusaha memanfaatkan situasi. Ini semua terkait dengan kepeningan Pemilu 2014. “Bayangkan pada tahun pertama pemeritahan SBY kedua ini, orang sudah berpikir tahun 2014, kan konyol sekali,” tegasnya kepada Kabar Politik di Jakarta, pekan lalu.
Indikasi adanya pihak yang memainkan berbagai kejadian yang menimpa Presiden itu nampak dari hal-hal yang dianggapnya tidak masuk akal. Mubarok mencontohkan kasus ledakan tabung gas yang menimpa Susi dan anaknya, Ridho. Kalaupun ada yang bersalah dibalik ledakan tabung gas itu, menurutnya adalah Pertamina. “Pertamina dari dulu kan seperti itu, belum bisa bagus-bagus kinerjanya. Jadi itu tidak bisa dikaitkan langsung kesalahan itu dengan SBY. Terlalu jauh,” jelasnya.
Tetapi tidak demikian halnya bagi pakar politik LIPI, Ikrar Nusa Bhakti. Menurutnya, berbagai kritik dan pemberitaan miring terhadap SBY belakangan ini adalah murni dari rakyat yang telah mengerti demokrasi. “Bagaimanapun ini merupakan sebuah negara demokrasi, dan kritik terhadap presiden merupakan bagian dari sikap kritis warga negara terhadap seorang presiden. Surat Hendra kemarin itu misalnya, jangan dianggap mengkerdilkan wibawa presiden,” ujarnya kepada Kabar Politik.
Bila memang benar bahwa semua insiden beruntun yang mempermalukan presiden itu alami, bisa jadi benar pernyataan politisi yang juga paranormal, Permadi SH, beberapa waktu lalu. Bahwa semua itu adalah tanda-tanda awal dari alam akan runtuhnya kekuasaan SBY. “Ketika rakyat sudah tidak segan terhadap presiden, itu adalah pertanda nyata akan jatuhnya presiden,” kata Permadi.
Desas-desus soal runtuhnya pamor Istana juga sempat menghebohkan arena Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Makassar, awal Mei 2010 lalu. Saat itu Presiden SBY melakukan pembukaan muktamar dengan menabuh beduk. Anehnya, jambul penabuh beduk itu jatuh saat dipergunakan SBY menabuh beduk. Sontak para muktamirin yang dikenal kental dengan tradisi itu pun mengaitkan dengan kepercayaan dan klenik. Mereka percaya bahwa rontoknya jambul tabuh beduk itu sebagai pertanda jatuhnya wibawa presiden.
Itu hanyalah kepercayaan yang belum tentu kebenarannya. Tetapi bagi Koordinator Petisi 28, Hary Rusli Moti yang tidak percaya klenik, kekuasaan Presiden SBY memang dalam kondisi darurat. “Situasi kenegaraan dan situasi rakyat sekarang ini sudah masuk dalam kategori bukan krisis lagi tetapi sudah masuk fase darurat,” tegasnya kepada Kabar Politik di Jakarta, Jumat (23/7).
Hary tentunya bukan asal bicara dengan pernyataannya itu. Ia menunjuk carut-marutnya berbagai kasus dan kondisi ketatanegaraan kita. Menurutnya, saat ini tengah terjadi konflik dan benturan vertikal dan horizontal diantara lembaga negara. Contoh benturan horizontal itu diantaranya konflik antara KPK dengan Kejagung, KPK dengan Polti, DPR dengan DPD, BPK dan Depkeu dan sebagainya. “Sementara benturan vertikal misanya ada Gubernur tidak mau jalankan perintah Presiden karena dia menganggap bahwa dirinya juga dipilih oleh rakyat. Bupati juga begitu dengan Gubernur. Ini benar-benar satu negara tanpa organisasi pemerintahan yang solid,” ujarnya.
Kondisi ini diperparah lagi dengan potensi konflik dan kerusuhan yang sedemikian besar di daerah-daerah. Bukan hanya konflik akibat Pilkada, tetapi juga potensi rusuh akibat ketidakpuasan serta melebarnya jurang kemiskinan di rakyat bawah. Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto sempat mencemaskan potensi kerusuhan itu. Pasalnya, menurut mantan Kasad itu, potensi rusuh itu hanya tinggal menunggu penyulut saja. Berbagai contoh kasus sudah banyak terjadi, termasuk di Jakarta sendiri. Misalnya kerusuhan di Koja, Tanjung Priok, April 2010 lalu. Juga kerusuhan di Batam pada bulan yang sama, kerusuhan di Mojokerto, Jawa Timur pada Mei 2010, dan beberapa lainnya. “Kondisinya sudah cukup mencemaskan,” kata Tyasno kepada Mimbar Politik, beberapa waktu lalu.
Di mata dukun politik, Prof Dr Suhardiman SE, meletusnya kerusuhan missal itu bukan yang mustahil dalam waktu setahun dua tahun ke depan. Menurut prediksi pendiri SOKSI ini, pemerintahan SBY memang tidak akan bertahan sampai akhir masa jabatan pada 2014. “Naluri saya sebagai senior sejak semula sudah mengatakan masa kepemimpinan SBY tidak sampai 2014. SBY memimpin hanya sampai 2012, dua tahun leih cepat dari masa jabatannya,” kata Suhardiman kepada Kabar Politik di kantor SOKSI Jakarta, Senin (26/7).
Lagi-lagi ini hanya ramalan. Tetapi sebagai dukun politik, Suhardiman dikenal cukup akurat pada masa Orde Baru yang lalu. Apalagi tokoh Sekber Golkar ini juga tak melandaskan ramalannya pada klenik atau hal-hal gaib lainnya, tetapi lebih pada fakta dan kejadian yang ada di tengah masyarakat. Tentu saja diperkuat dengan ketajaman nalurinya sebagai politisi senior.
Salah satu isu yang menurutnya berpotensi berkembang menjadi besar dan akhirnya menjatuhkan SBY adalah skandal Bank Century. Meski kasus ini belakangan terkesan meredup, namun menurut Suhardiman, skandal yang merugikan uang negara sekitar 6,7 triliun ini masih potensial meledak lagi. Salah satu indikasinya adalah penolakan sebagian besar anggota DPR untuk menutup kasus ini, meskipun sebagian besar parpol tergabung dalam Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi. Bahkan dalam pemilihan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution yang lalu, DPR masih memberi catatan khusus, bahwa bila nantinya Darmin ternyata menjadi tersangka kasus Bank Century, maka dia harus mengundurkan diri.
Yang jelas, menurut Suhardiman, potensi letupan skandal Century ini masih cukup besar. Apalagi seiring dengan makin dekatnya 2014 dimana semua parpol akan bersaing ketat, tak terkecuali diantara parpol anggota Setgab sendiri. Kondisi ini diperparah dengan keadaan rakyat yang masih serba kesulitan. “Kondisi ini akhirnya akan meluapkan kemarahan-kemarahan masyarakat. Mungkin saja akan bersamaan dengan masalah Century,” katanya.
Benar atau tidaknya prediksi itu memang sulit dipastikan. Yang jelas, pamor SBY belakangan ini memang cenderung meredup. Meski pihak Istana dan kalangan dekat Presiden membantah, namun faktanya kepercayaan publik trehadap SBY memang menurun. Apakah ke depannya akan kian merosot ataukah justru kembali meningkat, kita tunggu saja.

Ahmad Mubarok: Lawan Politik SBY Memanfaatkan Situasi

Saya kira Presiden masih terganggu (kasus Century). Bukan oleh masalah Century-nya, tetapi oleh karakter dan watak elit kita yang senang merepon apapun yang bisa dijadikan tembakan ke pemerintahan. Jadi, semua (lawan politik SBY) berusaha memanfaatkan. Bayangkan pada tahun pertama pemeritahan SBY kedua ini, orang sudah berpikir tahun 2014. Ini kan kan konyol sekali. Kalau mau bandingkan, itu Turki. Saya baru pulang dari Turki. Disana sekarang ada kesadaran jati diri nasional setelah begitu lama dilecehkan oleh Eropa. Mereka andalkan jati diri nasional. Pengusaha dan elit politik berhimpun dan membuat komitmen untuk membantu pemerintah. Jadi pengusaha dan pemerintah bersatu, bukannya mengobok-obok pemerintahan.
Meski diganggu terus, tapi rakyat akan tetap mendukung pemerntahan SBY. Gangguan itu kan sudah rutin. Kalau diganggu terus, nanti suatu saat masyarakat akan bosan melihat kritikan. Tidak ada pikiran lain, apakah elit politik itu mau ganti presiden di tengah jalan? Kan nggak mungkin.


Refly Harun: SBY Beda dengan Gus Dur dan Soeharto

Yang menjadi masalah di jaman terbuka bahwa setiap orang bisa menyampaikan aspirasi yang sebelumnya belum pernah bisa dilakukan. Ini seolah-olah menjadi masalah sekarang ini, namun bukan berarti kepemimpinan Presiden SBY tidak berwibawa sehingga bisa diperlakukan seenaknya. Artinya, kelembagaan kepresidenan itu bukan satu-astunya kekuasaan, tapi pusat kekuasaan dan tidak ada kekuasaan yang dapat memonopoli penguasaan tersebut. Jadi menurut saya, tidak baik berspekulasi berlebihan terhadap seorang pemimpin negara. Secara pribadi saya yakin itu tidak akan terjadi (SBY lengser sebelum akhir masa jabatan).
Ada dua kemungkinan pemerintahan itu bisa jatuh. Pertama, kalau pemerintahan terlalu lemah seperti yang dialami Gu Dur saat menjadi Presiden. Kedua, ketika pemerintahan terlalu kuat sehingga memunculkan riak yang terlalu besar dan menganggap kekuasaan adalah musuh besar. Ini terjadi saat Soeharto menjadi pemimpin bangsa ini. Namun, berbeda dengan yang saat ini, bahwa pemerintah SBY itu tidak terlalu lemah. Apalagi pemerintahannya sangat didukung oleh koalisi parpol besar di DPR, sehingga pemerintah ini dapat berjalan dengan baik.


Teguh Juwarno: Kemerosotan Wibawa Presiden Tidak Drastis

Banyak kalangan, khususnya saya pribadi, mengharapkan bahwa dengan legitimasi beliau yang demikian kuat –dipilih oleh 60 persen lebih rakyat dalam Pilpres 2009—presiden agar bisa lebih berani mengambil inisiatif untuk menyelesaikan berbagai masalah. Ketika ini dibiarkan, maka akan menjadi carut-marut dan tidak terselesaikan. Dalam bidang hukum, misalnya, pelemahan terhadap KPK membuktikan tidak adanya respon Presiden terhadap hukum. Ini menimbulkan ketidakpercayaan publik dan kemudian mengakibatkan kemerosotan wibawa beliau. Ini salah satu yang saya yakini, jika hukum ditegakkan, masyarakat akan lebih mempercayai presiden.
Tetapi tidak mudah juga untuk mengatakan bahwa kepemimpinan presiden merosot. Meski bila dilihat dari kacamata masyarakat dan survey ada kecenderungan kesana, tetapi tidak dratis. Terbukti tingkat kepercayaan masyarakat masih diatas 60 persen. Ini realitas yang harus diterima semuanya. Saya sendiri tidak ingin mengeksplotir carut-marut dari kewibawaan kepemimpinan nasional untuk kemudian didorong ke arah impeachment. Artinya, dari kacamata saya masih sangat jauh untuk mengatakan kewibawaan Presiden SBY merosot.


Ikrar Nusa Bhakti: Kritik Tidak Turunkan Wibawa Presiden

Buat saya, itu bukan persoalan menurunnya kewibawaan presiden, karena bagaimanapun ini merupakan negara demokrasi. Kritik terhadap presiden merupakan bagian dari sikap kritis warga negara terhadap seorang presiden. Soal vulgar atau tidaknya (kritik itu disampaikan), apakah kalau buat saya bicara di televisi bahwa seorang presiden jangan cengeng itu vulgar? Yang menjadi persoalan ketika lawan politik menggunakan elemahan ini dan kemudian dia mengambil keuntungan dari situ. Tapi juga harus diingat kalau seorang presiden kemudian jangan seenaknya saja, dia juga harus responsif juga kan? Dan sampai sekarang kita juga bertanya-tanya apakah persoalan Bank Century itu sudah selesai atau belum, karena dengan dibentuknya Setgab Koalisi seolah-olah persoalan Century itu adem anyem saja, seolah-olah itu sudah selesai. Sampai sekarang kita masih juga belum mendapatkan jawaban pasti apakah Partai Demokrat itu juga memainkan Bank Century untuk keuntungan dia di bidang ekonomi pada kampanye Pemliu 2009 yang lalu dan ini masih belum terbongkar.


Suhardiman: Naluri Saya, SBY Memimpin Hanya Sampai 2012

Berbagai kritik dan peristiwa yang menimpa lingakaran Istana Negara belakangan ini telah menurunkan wibawa Presiden SBY. Meskipun kritik dalam negara demokrasi merupakan kewajaran, namun sebagian kalangan menganggap hal itu sebagai tanda-tanda awal kejatuhan Presiden dari Partai Demokrat itu. Dukun politik yang terkenal pada masa Orde Baru, Prif Dr Suhardiman SE, bahkan meramalkan SBY akan lengser akibat terjadinya gejolak pada tahun 2012 nanti, yakni dua tahun sebelum akhir masa jabatannya. Apakah alasan yang melandasi ramalan pendiri SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) itu? Berikut petikan wawancara Kabar Politik dengan politisi sepuh itu di kantor SOKSI, Jakarta, Senin (24/7).

Dari waktu ke waktu, kewibawaan Presiden SBY dan lembaga Kepresidenannya seolah terus menerus mengalami degradasi. Bagaimana penilaian Anda?
Begini ya, sebelum orang berbuat biasayanya selalu melalui dua proses, yakni naluri dan pikiran. Naluri saya sebagai senior sejak semula sudah mengatakan masa kepemimpinan SBY tidak sampai 2014. SBY memimpin hanya sampai 2012, dua tahun leih cepat dari masa jabatannya.

Mengapa naluri Anda bisa memprediksikan seperti itu?
Justru ini yang harus dicari penyebabnya apa? Kalau saya melihat SBY ini jatuh dua tahun sebelum masa jabatannya berakhir. Kepercayaan masyarakat terhadap SBY memang sedang menurun. Hanya menurunnya ini yang perlu kita cari faktor penyebabnya. Pertama, mungkin karena faktor psikologi, itu terjadi karena ada kejenuhan. SBY kan sudah memimpin negara ini dua periode. SBY itu bukan pememimpin yang dilahirkan. Berbeda dengan Bung Karno dan Soeharto.

Maksud Anda?
Bung Karno itu kan born leader, bukan made leader atua bukan pemimpin yang direkayasa, melainkan pemimpin yang dilahirkan. Pak Harto juga born leader. Sementara SBY ini made leader. Jadi presiden dengan rekayasa melalui berbagai cara. Contohnya melalui kasus Century atau DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan sebagainya.
Kalau saya membandingkan dengan ramalan Joyoboyo, ahli nujum sepanjang masa itu mengatakakan, kelak apabila Indonesia merdeka sampai sejahtera itu akan dipimpin oleh tiga satrio (born leader). Pertama, Indonesia dipimpin Bung Karno selama 22 tahun. Dia mengatakan, yang pertama Indonesia dipimpin oleh satrio kinonjoro yang keluar masuk penjara, yakni Bung Karno dan Bung Hatta. Namun Bung Hatta mengundurkan diri di tengah jalan. Dia tidak melanjutkan memimpin republik ini di tengah jalan.

Lantas siapa yang kedua dan ketiga?
Born leader yang kedua disebut satrio mukti wibowo, seorang satrio yang mukti dan berwibawa, dialah Pak Harto. Sedangkan born leader yang ketiga adalah satrio piningit artinya seorang satrio yang saat ini sedang dipingit oleh Tuhan. Namun pertanyaannya kapan satrio piningit itu lahir?
Nah sejarah saya pikir akan berulang. Born leader yang pertama ketika masa kepemimpinanya menelan korban kurang lebih 1 juta jiwa, yakni pada masa perang kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Sementara born leader yang kedua pada masanya jatuh korban kurang lebih 1 juta jiwa juga yakni pada peristiwa Gerakan 30 September PKI 1965. Jikalau sejarah itu berulang dan terjadi pada satrio yang ke-3 yakni satrio peningit, maka saya ramalkan akan menelan korban sekitar 1 juta jiwa juga.

Berarti harus ada gejolak terlebih dulu maksud Anda?
Ya. Hal ini tentunya muncul karena adanya suatu masalah yang merupakan gejolak. Gejolaknya apa? Sekarang ini masayarakat menuntut kehidupan yang lebih baik, namun hingga saat ini tuntutan itu belum tercapai. Kondisi ini akhirnya akan meluapkan kemarahan-kemarahan masyarakat. Mungkin saja akan bersamaan dengan masalah Century. Century ini kan timbul tenggelam dan mungkin akan muncul kembali. Kalau itu muncul kembali tentunya akan akan makan korban. Korban pertama adalah Wakil Presiden Boediono. Masalah Century ini konon tersangkut juga pada dana Pemilu Presiden lalu (2009). Jika itu terjadi, maka presiden akan tersangkut. Jika presiden tersangkut, maka dua-duanya akan jatuh. Presiden kosong dan wapres kosong. Jika menuruti aturan keputusan MPR bahwa yang akan dipimpin tiga tokoh antara lain Medagri, Menpolkam, dan Menlu.

Jadi Anda memang melihat adanya kemerosotan kewibawaan SBY?
Saya juga meyakini bahwa kewibawaan SBY sedang merosot. SBY itu made leader bukan born leader.

Bisa Anda jelaskan bagaimana sosok born leader itu bagaimana, untuk bisa memprediksikan siapa gerangan yang akan menjadi satrio piningit itu?
Menurut pengalaman saya, seorang leader, baik itu pemimpin besar atau kecil, pemimpin Ormas sampai ke presiden, sebenarnya ada 5 syarat. Yakni pertama, harus bisa berperan sebagai seorang Bapak atau Ibu. Kedua, harus mampu berperan sebagai wali yaitu harus mampu mewakili peran orang yang dipimpinnya, bukan kepentingan diri sendiri. Ketiga, harus bisa menjadi seorang guru yang mampu memimpin kadernya sehingga bisa menjadi besar. Keempat, seorang pemimpin juga harus bisa berperan sebagai seorang kawan. Nah, seorang kawan itu dalam kedinasan memiliki jarak, tetapi jika diluar kedinasan mereka akan akrab sekali. Ini kekurangan dari SBY. Dia bukan tipe pemimpin yang demikian. Kelima, seorang pemimpin juga harus menjadi seorang komandan. Seorang komandan, apabila anak buahnya berjasa, maka dia akan memberikan balas jasa setimpal dengan jasanya. Namun jika salah, maka akan diberikan hukuman yang setimpal juga. Semua kriteria ini tidak dipenuhi oleh SBY. Inilah kekuaranganya. SBY memang seorang pemimpin, tetapi jika diihat dari persyaratan seorang pemimpin yang sempurna maka dia kurang.

Apakah Anda sudah punya bayangan siapa sejatinya yang akan tampil sebagai born leader ketiga itu?
Ini yang digambarkan oleh Joyoboyo adalah orang yang kesambar atau kesandung dan tidak diduga-duga atau tidak diharapkan sebelumnya. Tetapi oleh karena sesuatu hal dia mendapat wahyu dari Tuhan. Walaupun dia termasuk orang kesambar atau kesandung, tokoh itu muncul pada saat negara ini sedang berada dalam sebuah gejolak yang mungkin akan memakan korban sekitar 1 juta orang. Dan saya kira salah satu persoalan yang bisa menjadi pemicu adalah masalah Century. Sejarah akan berulang. Naluri saya mengatakan gejolak itu akan muncul pada 2012.

Haris Rusly Moti: SBY Akan Dijatuhkan Rakyatnya Sendiri

Di mata aktivis yang berseberangan dengan SBY, kondisi pemerintahan saat ini sudah berada dalam kondisi darurat. Bila tidak ada langkah-langkah serius dalam menanganinya, dikhawatirkan rakyat akan bertindak. Koordinator Petisi 28, Haris Rusly Moti, bahkan memperkirakan rakyat akan melengserkan SBY pada 2011 nanti bila kondisi negara semakin carut marut. Berikut petikan wawancara Kabar Politik dengan aktivis vokal ini di Jakarta, Jumat (23/7).

Bagaiamana Anda melihat kepemimpinan SBY pada periode kedua saat ini?
Kalau kita lihat keadaan pemerintahan kedua Presiden SBY, situasi kenegaraan dan situasi rakyatnya sudah masuk kategori bukan krisis lagi, tetapi fase darurat. Dari situasi kenegaraan, kita punya negara, tapi kok kita tidak merasakan ada kepala negara yang memimpin kita hari ini. Semua bekerja sendiri-sendiri. Banyak kejahatan, tapi tidak ada yang bisa menyelesaikan karena tidak ada pemimpin. Ini yang mengakibatkan situasi negara ini makin kacau. Tidak ada yang berani mengambil jalan penyelesaian untuk keluar dari situasi gawat ini.

Apa yang maksud Anda dengan fase darurat?
Yang saya maksudkan, bahwa sekarang ini terjadi benturan yang sangat dahsyat antar hampir semua institusi negara, vertikal maupun horisontal. Horisontalnya itu kita bisa lihat bagaimana benturan antara KPK dan Polri dalam soal wewenang penegakan hukum. Kemudian KPK dengan Kejagung, lalu DPR dan DPD dalam kaitan dengan fungsi DPD yang tidak jelas. Juga benturan antara BPK dan Depkeu terkait audit BPK. Jadi benturan ini berlangsung terus menrus. Sementara kalau benturan vertikal misanya ada gubernur tidak mau jalankan perintah presiden karena dia menganggap dirinya juga dipilih rakyat. Bupati juga begitu dengan gubernur. Ini benar-benar satu negara tanpa organisasi pemerintahan yang solid dalam rangka penyelenggaraan pembangunan. Selain itu ada juga benturan antar produk hukum dan perundang-undangan. Perda melawan UUD.

Termasuk juga dalam penegakan hukum?
Yang kedua adalah darurat penegakan hukum. Yang kita lihat sepanjang pemerintahan kedua ini penegakan hukum tidak adil. Pisau penegakan hu kum sangat tajam keluar Istana dan sangat tumpul ke dalam Istana. Kasus-kasus korupsi yang diduga melibatkan Istana seperti kasus Century, pengemplangan pajak Paulus Tumewu, kasus korupsi Jhony Allen Marbun, itu semua tidak ditangani serius oleh penegak hukum. Dan bisa kita lihat juga Partai Demokrat (PD) saat ini sudah menjadi paspor diplomatis para koruptor. Para koruptor yang masuk PD pasti memiliki kekebalan hukum yang luar biasa. Akibat dari ketidakadilan penegakan hukum ini kita cermati terjadi krisis kepercayaan terhadap institusi penegakan hukum. Orang sudah tidak percaya lagi yang namanya Polri, Kejagung, KPK, MA.

Apa yang seharusnya dilakukan SBY dalam situasi darurat ini?
Menurut saya SBY seharusnya menempatkan diri sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Dia harus segera mengambil langkah-langkah efektif untuk mengatasi situasi darurat kenegaraan dan darurat penegakan hukum ini. Tapi itu tidak dilakukan, dan kita sudah ingatkan berkali-kali.

Menurut Anda hal ini bisa menjadi sebab jatuhnya SBY sebelum akhir jabatan?
Saya percaya kalau keadaan bangsa ini begini-begini terus maka akhir tahun 2011 Presiden SBY akan dijatuhkan rakyatnya sendiri. Makanya memang kalau sudah tidak mampu memimpin negara ini segeralah megundurkan diri. Kita melawan SBY berarti kita juga harus siap menata ulang bangsa ini.

Jadi yang menjatuhkan SBY bukan lawan politiknya?
Elit politik saya kira sudah dijinakkan semua. Tidak ada lagi lawan politik yang bisa mengganggu SBY. Makanya, saya bilang biarkan lah rakyat yang menghukum beliau karena dia kan dipilih rakyat.