Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Sunday, April 11, 2010

Road to Demokrat-1: Kala Titah SBY Tak Lagi Diindahkan

Naskah: Rovy Giovanie
Persaingan antar kandidat ketua umum Partai Demokrat mulai memanas. Mereka tak hanya saling klaim dukungan, tetapi juga saling menjegal. Pesan SBY agar persaingan berlangsung sehat nampaknya tak lagi diindahkan.

Sebuah pesan singkat, pekan lalu, menghampiri ponsel salah seorang awak media Mimbar Politik. Isi pesannya cukup mengejutkan. Katanya, Anas Urbaningrum telah dipanggil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, dan diminta untuk mengundurkan diri dari bursa calon ketua umum DPP Partai Demokrat.
Pesan ringkat dari nomor tak dikenal ini rupanya tak hanya dialamatkan ke Mimbar Politik. Sejumlah politisi Demokrat juga menerima pesan serupa. Tak terkecuali Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, yang kini memimpin Tim Sukses Anas Urbaingrum.
Sejumlah politisi Demokrat sempat termakan isu ini. Apalagi sebelumnya santer beredar kabar bahwa restu SBY sudah dikantongi Andi Alfian Mallarangeng. Setidaknya dukungan putra SBY, Edhie Baskoro alias Ibas, dipelesetkan sebagai bentuk dukungan SBY terhadap politisi berdarah Makassar itu. Rumor soal restu semakin kuat menyusul mundurnya dua kandidat ketua umum lainnya, Agus Hermanto dan Djafar Hafsjah, yang kemudian merapat ke kubu Andi Mallarangeng (AM).
Konon Agus Hermanto mundur akibat permintaan kakak kandungnya yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Hadi Utomo. Menurut sumber Mimbar Politik, Hadi Utomo yang tak lain adalah adik ipar SBY meminta Agus merapat ke AM karena perintah Ibu Negara, Ani Yudhoyono. “Setahu saya dukungan ke Andi Mallarangeng memang dari Ibu Ani, bukan dari SBY,” ujar sumber salah seorang pentolan Demokrat itu kepada Mimbar Politik, Selasa (6/4).
Sejauh ini belum ada konfirmasi soal dukungan dari Ny Ani Yudhoyono. Tetapi dukungan Ibas kepada AM kabarnya memang atas perintah ibundanya. Maklum, kedekatan AM dengan keluarga Cikeas memang sudah terjalin cukup lama. Jabatan Juru Bicara Kepresidenan yang disandang AM sejak 2004 tak hanya mendekatkan alumnus Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat, itu secara profesi, tetapi juga dalam kehidupan pribadi keluarga SBY. Apalagi sosok AM yang ramah dan mudah akrab, sehingga membuat keluarga Cikeas ‘jatuh hati’.
Yang jelas, sebagai ahli politik, AM sangat memahami betapa ampuh pendekatan politik melalui seorang wanita. Pada era Orde Baru, misalnya, sudah menjadi rahasia umum betapa besarnya peran Ibu Tien dalam kiprah politik mendiang Soeharto. Pun kali ini, Ny Ani Yudhoyono kabarnya juga banyak mewarnai keputusan-keputusan yang dimbil sang suami.
Dua kandidat pesaing AM, Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie, sempat terganggu berbagai rumor tentang restu Cikeas tersebut. Apalagi isu itu belakangan sudah cenderung tendensius. Ahmad Mubarok, misalnya, menganggap cara AM itu sebagai bentuk ketidakpercayaan diri. “Jadi nampak mana yang percaya diri atau tidak,” kata Ketua Tim Sukses Anas Urbaningrum ini ketika berkunjung ke kantor Mimbar Politik, Jumat (2/4).
Toh Mubarok tak mempersoalkan ada atau tidaknya restu SBY atau Ny Ani Yudhoyono. Yang jelas, menurut Mubarok, SBY tidak mungkin memberikan dukungan secara terbuka kepada salah satu calon. Tetapi kalau kemudian dukungan itu kemudian diberikan secara diam-diam, menurutnya, tidak menjadi masalah karena tidak akan mempengaruhi persaingan antar kandidat.
“Kalau restu diam-diam, itu sama juga bohong. Saya juga bisa memberikan dukungan dari belakang, tapi kan itu tidak ada gunanya dalam pertarungan politik,” sambung pengamat politik UI, Arbi Sanit, kepada Mimbar Politik.
Pun mengenai kabar permintaan SBY agar Anas mundur, Mubarok hanya menganggapnya sebagai pekerjaan orang iseng. ‘Corong’ Partai Demokrat ini haqqul yakin bahwa SBY tak mungkin melakukan cara-cara yang bertolak belakang dengan demokrasi. Apalagi Mubarok sendiri sudah menyampaikan secara langsung kepada SBY bahwa dirinya mendukung Anas. “Argumen saya waktu itu bahwa Demokrat ke depan itu pilihannya adalah ketua umumnya harus yang muda, futuristik atau tokoh kuat yang relevan dengan keadaan,” jelas Mubarok.
Tokoh kuat yang dimaksudkan adalah sekelas jenderal. Nama Menko Polhukam Jenderal (Purn) Djoko Suyanto, sempat disebut-sebut sebagai tokoh yang hendak dipasang SBY untuk pertarungan politik 2014. Selain karena gaya politiknya yang mirip dengan SBY juga popularitasnya yang setara dengan pimpinan parpol besar lainnya.
Belakangan, menurut Mubarok, Djoko menyampaikan keengganannya untuk berpolitik praktis. Karena itu dalam pandangan tokoh yang menjabat Wakil Ketua Umum DPP Demokrat atas permintaan khusus SBY ini, hanya Anas yang saat ini paling pantas didukung.
Bila ditelusuri ke belakang, merapatnya mantan Ketua PB HMI ini ke Partai Demokrat juga atas permintaan SBY. Ini tertjadi menjelang pelaksanaan Kongres Partai Demokrat tahun 2005. “Pak SBY memang dulu sebelum kongres (2005), pernah mengatakan coba rekrut tokoh-tokoh muda seperti Anas. Jadi, naluri saja. Saya kira tidak dipersiapkan khusus. Seperti saya juga tidak menyiapkan dia, tetapi ketika hanya ada dia, ya saya usung Anas,” kilah Mubarok.
Naluri SBY ini barangkali lantaran sosok Anas yang mirip dengan dirinya. Banyak kalangan bahkan menyebut Anas sebagai ‘SBY Kecil’. Tetapi bisa juga karena pesona politisi muda ini yang memang punya kharisma. Sejak mengenyam pendidikan S-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (1988-1992), banyak tokoh yang meramalkan Anas sebagai calon pemimpin masa depan.
Tak heran bila nama Anas melambung pesat setelah bergabung dengan Demokrat. Bukan karena jabatannya sebagai salah satu Ketua DPP, tetapi karena sosoknya yang memang hangat dan ‘mencuri perhatian’ publik. “Anas itu dibuat apa saja dia tetap santun, tidak bisa marah,” kata Mubarok.
Ketika dirinya digosipkan menggoyang kursi Ketua DPR, Marzuki Alie, beberapa waktu lalu, misalnya, Anas hanya tenang-tenang. Pun ketika dia dianggap gagal memimpin fraksi –menyusul kegagalan Demokrat memenangkan sidang paripurna soal Century--, lelaki kelahiran Blitar ini juga tak mau berpikiran negatif terhadap penghembus isu itu. “Publik pasti akan mengetahui kebenarannya, karena prosesnya sangat terbuka,” kilahnya.
Tak bisa dibantah bahwa rumor ini sempat memperpuruk citra Anas. Bahkan hingga detik ini, sejumlah pengamat masih menganggap Anas berada di balik kegagalan Demokrat dalam Pansus Century yang lalu. Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini dianggap tak mampu melakukan lobi. Bahkan belakangan ada yang berusaha mencitrakan Anas sebagai sosok yang hanya mampu berwacana, tetapi tidak memiliki visi jelas ke depan. Karena alasan inilah, menurut rumor itu, yang membuat SBY tak memberikan dukungan kepada Anas.
Sebagai pengusung Anas, Mubarok mengaku sempat termakan isu itu, sehingga ragu mengusung Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI itu. Tetapi setelah mendengar penjelasan langsung dari SBY soal perilaku anggota parpol koalisi, Mubarok tak lagi meragukan Anas. “Bagaimana mungkin Anas bisa mengendalikan koalisi, SBY saja dikadalin. Jadi kekalahan Demokrat (dalam sidang paripurna DPR) kemarin sama sekali bukan karena ketidakmampuan Anas,” tegas Mubarok.
Langkahnya mengusung Anas pun kian mantap. Bukan hanya untuk posisi Demokrat-1, tetapi lebih jauh dari itu. Apalagi Prof. Bill Liddle, guru besar ilmu politik dari Ohio State University, AS, memperkirakan munculnya Obama-Obama baru di pentas politik Indonesia. Karena itu, bila Anas terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat, menurut Mubarok, waktu lima tahun menu pertarungan politik 2014 akan menempa dan mematangkan Anas. “Saat ini Anas memang belum jadi, baru sekitar 20 persen yang keluar. Kalau dia menjadi ketua umum otomatis akan memaksanya untuk lebih matang,” tandasnya.
Potensi ini nampaknya cukup ampuh menarik dukungan. Meski secara formal belum mendeklarasikan pencalonannya, namun dukungan ke arah Anas mengalir deras. “Saya merasakan strum dukungan itu makin terasa kuat, karena rupanya ada sambungan aspirasi, sambungan batin, sambungan nurani politik, dengan DPD-DPD dan DPC-DPC,” ujar Anas kepada Mimbar Politik di kantornya, Selasa (6/4).
Dalam pertemuan silaturrahmi Anas dengan para pengurus DPC dan DPD, akhir Maret lalu, misalnya dihadiri 331 dari 452 DPC Partai Demokrat se-Indoenesia. Ada juga 13 Ketua DPD dari sejumlah provinsi. Jumlah ini melebihi DPC yang menghadiri deklarasi Andi Mallarangeng, kala itu, yang kabarnya hanya sekitar 100 DPC.
Sejumlah politisi senior Demokrat juga turut hadir, seperti Sekjen Amir Syamsudin, Hayono Isman, Yahya Sacawirya, Syarif Hasan, Jafar Hafsah, Benny K Harman, Jhonny Marbun, dan beberapa lainnya.
Tak salah bila banyak pengamat memperkirakan Anas akan memenangkan pertarungan dalam kongres nanti bila SBY benar-benar bersikap netral. "Saya yakin kalau kongresnya berjalan fair, Anas akan menang," ujar pengamat politik LIPI, Syamsuddin Harris di Jakarta, Minggu (4/3).
Pengamat politik Alfan Alfian malah tak melihat Andi Mallarangeng sebagai pesaing berat dalam kongres mendatang. Justru Marzuki Alie dianggap sebagai kandidat yang bisa mengimbangi potensi Anas. Keduanya dinilai lebih kapabel dan mengakar di internal PD karena kapasitas dan posisi politik yang mereka miliki saat ini. ”Anas sebagai ketua bidang politik dan Marzuki Alie sebagai mantan sekjen partai sekaligus Ketua DPR RI. Dengan fakta tersebut, peluang Marzuki dan Anas lebih terbuka," katanya di Jakarta, Minggu (4/4).
Marzuki Alie memang sempat dikabarkan bakal merapat ke Anas Urbaningrum dalam detik-detik menjelang kongres nanti. Hal ini lantaran kesamaan visi dan gaya politik kedua kader Demokrat ini. Namun, sejauh ini, politisi asal Palembang ini nampak serius menggalang dukungan. Tim Sukses dibawah kepemimpinan Max Sopacua juga terus melakukan gerilya politik ke daerah.
Yang jelas, Marzuki sendiri belakangan juga cukup aktif melontarkan pernyataan balasan terhadap manuver yang tengah dilakukan kubu Andi Mallarangeng. Apalagi tokoh yang berada di balik ‘pemboikotan’ sejumlah DPC dan DPD untuk menghadiri acara soft launching pencalonannya, beberapa waktu lalu, kabarnya berasal dari kubu Andi. “Mereka menjual nama SBY untuk melarang DPC dan DPD datang ke acara Pak Marzuki. Apalagi Ketua Umum (Hadi Utomo) juga ikut melarang kedatangan mereka dengan alasan belum ada ijin dari DPP,” ujar sumber Mimbar Politik.
Karena kekesalan ini, Marzuki yang biasanya selalu santun pun belakangan cenderung keras. Ia menyerang balik Andi dengan mempersoalkan jasanya terhadap Partai Demokrat. Menurut Marzuki, Andi belum banyak berbuat terhadap partai, karena dia memang baru belakangan masuk dalam struktur pengurus partai. "Makanya dia (Andi) deklarasi duluan agar bisa memperkenalkan diri,” sindir Marzuki kepada Mimbar Politik, pekan lalu.
Tim Sukses Marzuki, Achsanul Qosasih, malah menganggap manuver yang gencar dilakukan kubu AM belakangan ini tak akan berdampak terhadap suara dukungan, karena pemilik suara adalah DPC dan DPD. Sedangkan Marzuki dan Anas sudah gencar melakukan komunikasi politik ke daerah-daerah. “Saya yakin SBY tak akan intervensi. Beliau baru akan turun tangan bila kompetisi berjalan tidak fair," tegas Achsanul.
Sebagai partai yang selalu mewacanakan demokrasi memang terlalu riskan bagi SBY untuk menggiring kongres kea rah salah satu calon. "Ini taruhan untuk SBY. Kalau dapat bersifat fair dan mengayomi semua kandidat yang bersaing, SBY akan dicatat sebagai seorang demokrat sejati," ujar Syamsuddin Harris.
Tetapi sumber Mimbar Politik di kalangan Istana membocorkan bahwa sebenarnya SBY memang lebih condong ke salah satu calon. Hanya saja dukungan itu tak mungkin disampaikannya secara terbuka. Maklum, dalam sambutan resminya dalam acara Rakornas Pra kongres Partai Demokrat beberapa waktu lalu, SBY memang justru menekankan pentingnya demokrasi yang sehat dalam kongres mendatang.
Bila bocoran dari sumber itu benar adanya, maka dikhawatirkan bakal menurunkan kredibilutas SBY. Apalagi bila kongres akhirnya justru memenangkan calon yang tak didukungnya. Menurut Alfan, kejadian semacam ini sangat terbuka kemugkinannya bila melihat arus dukungan DPC dan DPD yang cukup kuat mengarah ke calon yang justru tak disebut-sebut mendapat restu.


Road to Demokrat-1: Maraknya Pertarungan di Basis Suara

Naskah: Rovy Giovanie
Bila di permukaan hanya Andi Mallarangeng yang aktif bermanuver, maka pertarungan di bawah permukaan justru lebih meriah. Anas dan Marzuki rupanya juga sudah gencar menggarap basis suara.

Aktivitas Adji Massaid belakangan ini kian padat. Bukan lantaran anggota DPR RI asal Partai Demokrat ini kembali menekuni dunia persinetronan. Bukan juga karena jadwal sidang di Senayan yang kian padat. Tetapi karena suami Angelina Sondakh ini punya tugas khusus sebagai Koordinator Lapangan Tim Sukses Anas Urbaningrum. Pantas bila Adji harus sibuk menggalang dukungan dari DPC dan DPD, bahkan tak jarang juga harus terjun langsung ke berbagai daerah di tanah air.
Yang membuat politisi bernama lengkap Chandra Pratomo Samiadji Massaid ini agak tenang adalah kehadiran sekitar 359 DPC dan DPD –dari total 560 pemegang hak suara dalam kongres—pada silaturrahmi yang digelar Anas Urbaningrum di Hotel Sultan Jakarta, akhir Maret 2010 lalu. Menurut Adji, kehadiran mereka tak sekedar untuk memeriahkan acara, tetapi benar-benar memberi dukungan buat Anas untuk menuju kursi Demokrat-1.
Inilah yang menjadi tantangan Adji saat ini, yakni menjaga keutuhan dukungan tersebut. “Program kerja pemenangan tim kami adalah mempertahankan dukungan 359 DPC dan DPD se-Indonesia serta meyakinkan yang belum memberi dukungan,” tegasnya di Jakarta, Jumat (2/4).
Bukan tugas mudah tentunya. Apalagi kandidat lain sudah pasti tak akan tinggal diam. Mereka juga berusaha meraih dukungan sebesar-besarnya dari para pemegang suara dalam kongres nanti. Apalagi intimidasi dan praktik money politics kabarnya juga sudah terjadi, meskipun secara sembunyi-sembunyi. “Kepada para kader Demokrat di daerah selalu saya sampaikan, kalau ada yang mau memberi uang silakan diterima saja, tetapi jangan sampai mempengaruhi hati nurani dalam memilih. Ini penting biar mereka yang melakukan money politics itu kapok,” ujar Ketua Tim Sukses Anas Urbaningrum, Ahmad Mubarok, di kantor Mimbar Politik, Jumat (2/4).
Sejauh ini emmang belum ada pernyataan terbuka dari lapangan yang menyebutkan adanya pembelian suara di tingat DPC dan DPD oleh kandidat tertentu. Namun sumber Mimbar Politik di Surabaya menyebutkan, adanya tim daerah dari calon tertentu yang aktif menjamu para pimpinan DPC dan DPD di sejumlah kabupaten di Jawa Timur. “Saya sendiri sempat ikut hadir, lumayan juga dapat uang saku,” ujar sumber salah seorang pengurus DPC Partai Demokrat di Surabaya itu.
Mubarok tak menafikan kemungkinan adanya jual-beli suara semacam itu. Tetapi, ia tak percaya bila politik uang itu dilakukan dipermukaan seperti laiknya terjadi dalam Munas Partai Golkar, beberapa waktu lalu. “SBY pasti tidak akan tinggal diam bila itu terjadi,” ujarnya.
Sebagai kandidat dengan kantong paling cekak, Anas memang tak mungkin bisa menang bila pertarungan dalam kongres nanti menghalalkan politik uang. Bisa dimaklumi bila salah satu materi kampanye Tim Sukses Anas ke daerah-daerah adalah mewacanakan persaingan yang santun dan sehat, tentu saja selain memperkenalkan visi dan misi sang kandidat. “Kalau sekedar uang saku untuk transport pulang pergi ya bisa dimaklumi. Itu bukan politik uang,” sambung Mubarok.
Meski belum dideklarasikan, Tim Sukses Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI ini memang sudah lengkap. Sejumlah politisi senior Demokrat aktif di dalamnya. Mendampingi Mubarok adalah Yahya Sachawirya (Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat). Ada juga nama Benny K Harman (Ketua Komisi III DPR RI), Ruhut Sitompul (Ketua DPP), Jhony Allen Marbun (Ketua DPP), Hayono Isman (anggota Dewan Pembina), dan beberapa lainnya. Politisi cantik mantan artis, Angelina Sondakh, juga duduk sebagai Sekretaris Tim Sukses.
Selain itu, para pendukung dan simpatisan Anas kabarnya ikut bergerak di lapangan, termasuk para sahabat Anas semasa menjabat Ketua PB HMI. Bahkan beberapa donator yang kabarnya sudah banyak yang menghubungi Tim Sukses Anas. “Memang sudah beberapa yang menawarkan bantuan, tetapi saya sampaikan kepada mereka agar jangan berpikir negatip. Jangan pernah berpikir money politics,” tandas Mubarok.
Dengan modal jalinan komunikasi yang telah dibinanya selama lima tahun terakhir dengan DPC dan DPD di seluruh Indonesia, Anas yakin akan meraih dukungan besar. “Dukungan itu makin terasa kuat. Ini yang akan berjalan terus sampai nanti kongres,” kata Anas optimis kepada Mimbar Politik di kantornya, Selasa (6/4).
Benar atau tidaknya klaim Anas baru bisa dibuktikan dalam kongres mendatang. Yang jelas, kubu Andi Mallarangeng (AM) juga tak tinggal diam. Pekan lalu, Meneg Pemuda dan Olahraga ini menyisihkan waktu khusus untuk bersafari ke hampir seluruh wilayah Jawa, mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Jawa Barat. Hasilnya, menurut Sekretaris Tim Sukses AM, Ramadhan Pohan, cukup memuaskan. Tak hanya berhasil mengaet dukungan dari DPC dan DPD di Jawa Tengah yang sejak awal memang mendukung Agus Hermanto –kini bergabung dengan Andi--, tetapi juga dari Jawa Timur yang notabene merupakan basis dukungan suara Anas Urbaingrum. “Dukungan itu murni datang dari bawah. Tidak diatur-atur,” tegas Ramdhan Pohan kepada Mimbar Politik, pekan lalu.
Selasa (6/4) pekan lalu, giliran daerah luar Jawa mengalirkan dukungan buat AM. Adalah Radityo Gambiro yang semula hendak mencalonkan diri akhirnya mengalihkan suara pendukungnya kepada AM. Ia datang ke markas Tim Sukses AM di Jl Proklamasi, Jakarta, bersama lima pimpinan DPC yang mewakili 115 DPC dari 16 provinsi. Lima perwakilan dari 115 DPC itu yakni Ketua DPC Majene Sulawesi Barat, Ketua DPC Deli Serdang, DPC Gorontalo Utara, Ketua DPC Aceh Besar dan Ketua DPC Barito Selatan. "Kami pendukung Radityo Gambiro memutuskan untuk memberi dukungan kepada Andi Mallarangeng di Kongres 20-23 Mei mendatang di Bandung," ujar Burhani, Ketua DPC Barito Selatan.
Pengalihan dukungan ini dikemas cukup apik dengan mengundang awak media. Sayangnya AM sendiri tak nampak hadir pada acara itu. Dia diwakili Ramadhan Pohan dan I Wayan Gunasran, Wakil Ketua Tim Sukses AM. Juga terlihat Edhie Baskoro Yudhoyono ikut menyambut limpahan suara dukungan itu. "Dukungan terus bertambah dan popularitas naik, itu menambah kepercayaan kami untuk mencalonkan Andi Mallarangeng," tegas Ramadhan.
Tak tanggung-tanggung, Ramadhan mentargetkan kemenangan dalam satu putaran. Bahkan kalau bisa, Tim AM mengupayakan kemenangan secara aklamasi, tanpa melalui voting. “Kami yakin bisa mencapai itu,” ujar Ramadhan.
Entah bagaimana otak-atik dukungan yang dilakukan Ramadhan hingga bisa meraih suara mayoritas. Padahal kubu Anas justru telah mengklaim dukungan sekitar 70 persen DPC dan DPD. Belum lagi dengan Marzuki Alie yang pasti juga memiliki pendukung di tingkat basis suara.
Dibandingkan AM dan Anas, Marzuki sejauh ini memang belum menyampaikan klaim jumlah dukungan. Namun, hal ini sama sekali Tim Sukses Ketua DPR RI ini tinggal diam. Max Sopacua, misalnya, belakangan nampak aktif melakukan pendekatan dengan DPC, tidak hanya di daerah asalnya, Ambon, tetapi juga daerah-daerah lain. Begitu pun dengan Achsanul Qosasih dan anggota Tim Pemenangan Marzuki lainnya. Belum lagi dengan pendukung setia Marzuki sendiri dari kawasan Sumatera.
Yang jelas, dengan posisinya sebagai mantan Sekjen, Marzuki bukanlah orang asing di mata para pengurus DPC dan DPD Partai Demokrat di Indonesia. Apalagi dengan posisinya sebagai Ketua DPR RI saat ini, Marzuki memiliki akses yang cukup terbuka untuk menjalin komunikasi politik dengan basis suara Denokrat di daerah. Kalaupun sejauh ini Marzuki terkesan dingin-dingin saja, hal ini tak lepas dari strategi dan gaya politik sang kandidat. “Yang jelas komunikasi yang terjalin terus menerus dengan kader di daerah tetap berjalan dengan baik,” tandas Marzuki.
Santainya Tim Marzuki ini tak pelak menimbulkan dugaan dari sejumlah politisi Demokrat sendiri, bahwa mantan Sekjen DPP Partai Demokrat itu memang tak punya ambisi untuk menduduki kursi ketua umum. Keikutsertaannya dalam bursa calon ketua umum kabarnya lebih dilandasi oleh semangat demokrasi. Diperkuat lagi dengan pengalaman-pengalaman masa lalu dimana Ketua DPR adalah pimpinan parpol. “Tapi saya melihat Marzuki Alie bukan orang yang ambisius,” komentar Mubarok.
Entah karena alasan itu ataukah lantaran adanya deal tersembunyi, sehingga Mubarok memperkirakan Marzuki akhirnya akan merapat ke Anas Urbaningrum, yang relative lebih memiliki kedekatan dan kesamaan visi dan misi. Benar atau tidaknya dugaan ini, lagi-lagi, belum bisa dipastikan. Yang jelas, baik Anas maupun Marzuki hingga detik ini memang sama-sama belum melakukan deklrasi. Apakah kedua tokoh ini akan menyatu sebelum deklarasi? Kita tunggu saja perkembangannya.


Momentum Kembalinya Barisan Sakit Hati

Naskah: Rovy Giovanie
Kehadiran Prof Dr Subur Budi Santoso dalam soft launching Marzuki Alie sebagai calon ketua umum Partai Demokrat, pekan lalu, memberi makna lain. Setelah sekian lama tak kedengaran suaranya, Ketua Umum Partai Demokrat periode pertama itu muncul di saat partai pernah dipimpinnya itu hendak menggelar kongres di Bandung, 21-23 Mei 2003 mendatang.
Yang menarik, salah seorang pendiri Partai Demokrat ini lebih condong mendukung pencalonan Marzuki dan Anas ketimbang Andi Mallarangeng yang kabarnya mendapat dukungan keluarga Cikeas. Ada apa sebenarnya? Benarkah ini sebagai ekspresi kekecewaan Prof Budi Santoso yang belum bisa melupakan peristiwa kongres tahun 2005 silam? Tak bisa dipungkiri bahwa kongres yang akhirnya menobatkan adik ipar SBY, Hadi Utomo sebagai ketua umum itu memang membuahkan perpecahan. Sejumlah pendiri partai bahkan hengkang, seperti Ventje Rumangkang, Sys NS, dan banyak lagi lainnya.
Kini, sebagian tokoh lama Demokrat itu kabarnya ingin merapat kembali. Bahkan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, mengaku telah dihubungi beberapa mantan kader Demokrat yang kini aktif di parpol lain. “Mereka menyampaikan minatnya untuk kembali ke Demokrat,” jelasnya kepada Mimbar Politik, Jumat (2/4).
Fenomena ini tak lepas dari proses demokratisasi yang tengah terjadi di internal partai. Apalagi kongres ke-2 Partai Demokrat kali ini juga mengusung semangat konsolidasi dan rekonsiliasi untuk menghadapi pertarungan tahun 2014 mendatang. Dari tiga kandidat kuat yang bersaing saat ini, semuanya memiliki semangat sama. “Kongres bulan Mei nanti adalah momentum untuk konsolidasi partai, momentum untuk menyatukan seluruh kekuatan partai, momentum untuk kita bersama-sama membesarkan partai,” kata Andi Mallarangeng kepada Mimbar Politik, pekan lalu.
Begitupun dengan Anas dan Marzuki, keduanya mengharapkan kongres di Bandung nanti mampu mengantarkan Demokrat meraih suara 30 persen dalam Pemilu 2014 nanti. Karena itu, menurut Mubarok, kembalinya barisan sakit hati ke Demokrat merupakan potensi yang tak bisa disepelekan. “Semua potensi harus dirangkul,” ujarnya.
Semangat inilah yang kabarnya menjadi penyebab resistensi para tokoh Demokrat terhadap calon yang mengklaim mendapat dukungan dari keluarga Cikeas. Pasalnya bila keberpihakan itu dilakukan terhadap salah satu calon, menurut pakar politik LIPI, Syamsuddin Harris, maka bukannya konsolidasi dan rekonsiliasi yang terjadi, tetapi sebaliknya justru perpecahan. Kasus kongres tahun 2005 pun bisa terulang kembali.
Disinilah letak kesamaan kubu Anas dan Marzuki yang sama-sama tak percaya bahwa SBY rela mengorbankan masa depan partai hanya demi keberpihakannya terhadap salah satu kandidat. “Pak SBY itu sangat demokratis, dan kalau toh ada restu pasti semuanya direstui dan mempersilahkan untuk bersaing sehat dan fair,” ujar Marzuki Alie.
Kubu Andi Mallarangeng sendiri juga tak membantah bila SBY memang menghendaki kongres nanti berlangsung demokratis. “Yang jelas dinamika di Demokrat memang tinggi. Tapi saya katakan, kami tidak sampai berdarah-darah seperti partai lain, dan kami juga tidak slow-slow aja seperti partai tetangga juga. Kami ada di tengah-tengah lah. Masih dalam batas yang wajar,” tutur Sekretaris Tim Sukses Andi Mallarangeng, Ramadhan Pohan kepada Mimbar Politik.
Apapun jawaban dari masing-masing kandidat, tetapi fakta tak bisa dibantah bahwa pengkubuan memang nampak nyata menjelang kongres saat ini. Ada kecenderungan para tokoh yang selama ini kurang akur dengan Hadi Utomo cenderung merapat ke Anas atau Marzuki. Sebaliknya, mereka yang merupakan loyalis adik ipar SBY itu lebih memilih mendukung Andi.
Yang paling nyata adalah tampilnya Mubarok sebagai Ketua Tim Sukses Anas. Juga ramai-ramainya barisan sakit hati untuk mendukung salah satu diantara kedua politisi itu. Meski Mubarok secara terbuka tak pernah terlibat konflik dengan Hadi Utomo, namun keduanya tak pernah nampak akur. Bahkan sebagai Wakil Ketua Umum, Mubarok mengaku tak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan partai. Ini barangkali terjadi karena naiknya Mubarok ke kursi Wakil Ketua Umum itu bukan kehendak Hadi, melainkan atas titipan langsung dari SBY. “Makanya saya tak punya beban untuk mengkritik siapapun,” kata Mubarok.
Lantas mampukah kongres nanti menyatukan kubu yang berseberangan itu? Ataukah malah memperuncing keretakan? Jawabannya terletak pada kesungguhan SBY untuk menerapkan demokrasi dalam kongres mendatang.