Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Saturday, February 13, 2010

Kejutan dari Barisan Pendukung Presiden

oleh: Rovy Giovanie
Mengejutkan. Dua fraksi yang selama ini disebut-sebut berada di barisan pendukung Partai Demokrat, yakni PAN dan PPP, ternyata berubah haluan dalam pandangan awal Pansus Century. Para anggota Pansus Angket Century dari Partai Demokrat menarik nafas panjang ketika Fraksi PAN menyampaikan pandangan awal dalam sidang Pansus Angket Century di DPR RI, Senin (6/2). Maklum, pandangan awal fraksi yang dibacakan Asman Abnur itu memang lemeset dari perkiraan. PAN yang selama ini dianggap seiring sejalan ternyata berubah pandangan. Bila semula tak melihat bailout Century sebagai pelanggaran, kali ini justru melihat adanya indikasi korupsi dibalik prose situ.
Para politisi Demokrat dan para pendukung SBY semakin terkejut ketika sikap serupa juga dilakukan PPP. Hingga berakhirnya penyampaian pandangan awal oleh seluruh fraksi, praktis hanya PKB yang satu haluan. Sisanya berada di barisan yang menuding mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono dan mantan Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani sebagai pihak yang bertanggung jawab dibalik skandal Bank Century.
Dengan demikian, bila dibuat score, maka posisinya adalah 2:7 untuk kekalahan Demokrat. Saat ini Demokrat memiliki kursi terbanyak di Pansus, yakni 8 kursi dari 30 kursi keseluruhan anggota Pansus. Sedangkan PKB hanya memiliki dua kursi. Sehingga total suara yang kini sudah berada di genggaman Demokrat hanya 10 kursi alias sepertiga suara keseluruhan Pansus.
Bila kondisi ini bertahan hingga pandangan akhir yang disampaikan pada 4 Maret mendatang, maka kekalahan jelas akan dialami Demokrat. Ini artinya posisi Boediono dan Sri Mulyani benar-benar diujung tanduk.
Namun kalangan Demokrat meyakini score itu bakal berubah pada pandangan akhir fraksi nanti. Setidaknya PAN dan PPP yang selama ini selalu setia bersama Demokrat hampir bisa dipastikan akan kembali merapat ke Demokrat. "Kita tunggu saja nanti ketika pemandangan akhir," kata Ketua FPD Anas Urbaningrum ketika dihubungi melalui telepon, Selasa (9/2).
Sekjen DPP Partai Demokrat Amir Syamsuddin menilai perbedaan pandangan pada pandangan awal merupakan hal wajar. Apalagi proses pemeriksaan di Pansus masih terus berjalan. Tetapi pada akhirnya, Amir berkeyakinan akan tercapai titik temu. “Saya yakin kesamaan pandangan akan tercapai,” ujarnya di Jakarta, Selasa (9/2).
Sejauh ini baru PAN dan PPP yang mengindikasikan terjadinya perubahan sikap pada pandangan akhir nanti. Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa, misalnya, mengungkapkan bahwa masih banyak yang perlu dikaji sebelum penyampaian pandangan akhir pada 4 Maret mendatang. Dan yang pasti Menko Perekonomian itu menjamin PAN selalu mendukung pemerintah hingga 2014 nanti. “Tidak ada yang perlu diragukan akan komitmen kami dalam mendukung pemerintah,” tegasnya di sela-sela acara pelantikan pengurus PAN di JCC Jakarta, Selasa (9/2) malam.
Indikasi serupa disampaikan Sekjen DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz. PPP, menurutnya, akan selalu menjaga komitmen dalam berkoalisi. Kalaupun belakangan terjadi masalah tak lebih dari kurangnya komunikasi diantara anggota koalisi. . "Andaikata komunikasi solid, tentu tidak berujung seperti ini. Tanpa menafikan perbedaan atau mengecilkan persoalan, komunikasi harus berjalan lebih elegan," ujarnya di gedung parlemen Jakarta, Selasa (9/2).
Sedangkan anggota koalisi lainnya, yakni Golkar dan PKS, sejauh ini belum menampakkan tanda-tanda merubah sikap. Sebaliknya, para politisi kedua partai ini ramai-ramain melontarkan janji untuk tetap lurus mempertahankan sikap pada pandangan akhir nanti.
Menurut pakar politik UI, Arbi Sanit, pembelotan sikap anggota koalisi ini menunjukkan adanya kepentingan yang ingin dinegosiasikan dengan SBY. “Mereka punya target sendiri-sendiri," katanya kepada Mimbar Politik, Selasa (9/2).
Arbi melihat partai koalisi sengaja membelot untuk memperoleh dukungan masyarakat. Jika sudah mendapat dukungan, di kesimpulan akhir fraksi nanti, partai koalisi akan menunjuk hidung target mereka. "Ini kan politisasi, aneh, sengaja membelot untuk menarik simpati masyarakat. Kalau sudah, mereka akan dianggap benar saat menembak target nanti," analisis Arbi.