Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Saturday, June 20, 2009

Siapa Dibalik Operasi Intelijen Para Capres?

Oleh: Rovy Giovanie
Puluhan pensiunan jenderal bertaburan di semua tim sukses capres-cawapres. Konon, mereka memegang peranan penting dibalik berbagai kasus dan isu seputra Pilpres. Siapakah sebenarnya mereka?

Beda jenderal beda gayanya. Beda pula taktik dan strategi yang diterapkannya. Begitupun dengan para jenderal yang berdiri di belakang para pasangan capres-cawapres. Meskipun latar belakangnya banyak kemiripannya, namun memiliki style gerakan yang berbeda-beda.
Adalah para jenderal dibelakang Mega-Prabowo yang paling fenomenal. Nama-nama seperti Theo Sjafei, Hendripriyono, Muchdi PR, Kivlan Zein dan beberapa lainnya memiliki rekam jejak intelijen yang cukup kontroversial.
Dalam tim Mega-Prabowo, Theo Sjafei merupakan pucuk pimpinan gerakan intelijen. Inspirator penyatuan Mega dan Prabowo ini kabarnya merupakan actor dibalik blow-up kasus DPT (Daftar Pemilih Tetap) Pileg 2009, yang akhirnya berujungpada hak angket di DPR.
Menengok ke belakang, Theo memiliki cirri gerakan yang radikal dan cenderung menyerempet isu-isu berpotensi adu domba. Salah satu kasus yang sempat emmbuat heboh adalah pidatonya pada tahun 1988 yang memicu kerusuhan antar umat agama di NTT. Selain itu masih banyak kasus-kasus lain yang diduga melibatkan Theo, termasuk dugaan money politics dalam Pilgub Kaltim pada tahun 2003.
Tak kalah hebohnya dengan Theo adalah Hendropriyono dan Muchdi PR. Kedua pensiunan jenderal ini dikenal mumpuni dalam dunia intelijen. Maklum Hendro merupakan Ketua BIN semasa Megawati menjawab presiden, sedangkan Muchdi adalah deputinya di lembaga yang sama.
Salah satu kasus kontroversial yang diduga melibatkan kedua tokoh ini adalah kematian aktivis HAM, Munir. Banyak kalangan menyebutkan bahwa keduanya terlibat dalam operasi intelijen untuk menghabisi Munir. Meskipun sampai detik ini belum ada bukti-bukti kuat yang mengarah pada keterlibatan kedua jenderal ini, namun para aktivis HAM menganggap mereka merupakan tokoh utama yang bertanggung jawab. Muchdi pun sempat menjadi tersangka kasus ini dan menikmati hotel prodeo, meski akhirnya berhasil bebas.
Selain Theo, kedua orang ini memiliki peran yang cukup besar dibalik gerakan-gerakan intelijen seputar Pilpres kali ini. Sebelumnya, pada Pilpres 2004 silam, Hendropriyono merupakan salah satu andalan Mega yang waktu itu berlaga bersama Hasyim Muzadi. Pengaruh ketiga jenderal ini nampak dari taktik dan strategi Mega-Prabowo kali ini. Apalagi gaya mereka juga klop dengan Prabowo yang meledak-ledak. Pas juga dengan posisi PDIP yang selama ini berperan sebagai opisisi.
Sementara para jenderal di belakang SBY-Boediono terbilang sepi dari kontroversi. Sebaliknya justru banyak diantaranya yang cukup mencorong di mata publik. Ketua Tim Echo, Marsekal (Purn.) Djoko Suyanto, misalnya memiliki caatan yang bagus semasa menjabat Panglima TNI. Begitu juga dengan mantan Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto yang banyak mendapat pujian publik atas prestasinya selama menjabat.
Begitu juga dengan nama-nama seperti Agus Widjojo, Herman Prayitno, dan sebagainya. Menurut salah seorang Ketua DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarock, hal ini tak kepas dari kehati-hatian SBY dalam memilih tim. Sesuai dengan citranya yang selalu tampil kalem dan santun, SBY juga cenderung menggandeng para jenderal yang klop dengan dirinya.
Inilah yang menyebabkan taktik dan strategi SBY-Boediono selama masa kampanye belakangan ini cenderung bersifat bertahan ketimbang menyerang. Tetapi, menurut sejumlah sumber, diam mereka sama sekali tidak berarti tidak bergerak. Ia mencontohkan Sutanto selama menjabat Kapolri. Dia tak banyak bicara, tetapi ternyata mampu mengungkap banyak kasus. “Begitu juga dengan mereka, lebih cenderung melakukan operasi senyap atau silent operations,” tutur sumber politisi Demokrat.
Bagaimana dengan Dewan Jenderal di kubu JK-Wiranto? Bila menilik namanya, mereka sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kubu SBY-Boediono. Nama-nama seperti Subagyo HS, Suaedy Marasabessy, dan Basri Sihedabi relatif sepi dari isu-isu kontroversial. Bedanya dengan mereka yang ada di kubu incumbent, para jenderal yang tergabung dalam Tim Garuda ini relatif lebih berani beraksi di permukaan, dan bahkan cenderung konfrontatif. Klop dengan gaya JK yang memang suka blak-blakan.
Barangkali karena itu taktik dan strategi pasangan JK-Wiranto belakangan ini terkesan konfrontatif, khususnya terhadap SBY-Boediono. Bahkan sejumlah isu yang keluar dari tim ini belakangan terkesan menantang. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa tim ini juga tak jarang bekerjasama dengan pihak Mega dalam menghembuskan isu yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Isu-isu soal jilbab, agama istri Boediono, dan isu jatah menteri PKS, kabarnya merupakan buah kerjasama diantara kedua pasangan yang memang sama-sama pernah ‘tersakiti’ oleh SBY ini.
Salah seorang jenderal pendukung JK-Wiranto, Fachrul Razi, tak menampik kemungkinan terjadinya kerjasama diantara para jenderal yang ada di belakang para capres. “Itu sangat mungkin terjadi, karena kebanyakan diantara kita sudah saling mengenal cukup dekat,” ujarnya kepada Mimbar Politik.
Selain itu, dalam praktiknya di lapangan, operasi intelijen juga kerap melibatkan kalangan sipil. Malah untuk misi-misi tertentu justru harus menggunakan masyarakat sipil dalam eksekusinya. “Orang-orang sipil ini biasanya justru dibutuhkan untuk memuluskan misi intelijen mereka. Tetapi biasanya mereka merupakan orang-orang yang sudah terlatih,” kata Oslan Purba dari Kontras.
Yang pasti, dari karakter kasus atau isu yang terjadi di tengah masyarakat menjelang Pilpres kali ini, bisa dikenali siapa sebenarnya yang ada di belakangnya. Tentu saja harus disertai dengan observasi dan pengkajian mendalam. Karena gerakan intelijen kerapkali sulit dipahami atau bahkan mengecoh lawan.

Tim Jenderal Mega-Prabowo
1. Mantan Dansesko ABRI Mayjen (Purn.) Theo Syafei
2. Mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn.) Muchdi Pr
3. Mantan Kaskostrad Mayjen (Purn.) Kivlan Zein
4. Mantan Ka BIN Jenderal (Purn.) Hendropriyono
5. Mantan Ka Bais Letjen (Purn.) Farid Zainuddin
6. Mantan Tim Sukses SBY Tahun 2004, Letjen Purn M Yasin
7. Mantan Komandan Korps Marinir Letjen Marinir Purn Suharto
8. Mayjen TNI Purn Adang Ruchiatna
9. Mantan Kepala Bais, Letjen TNI (purn) Farid Zainudin
10. Letjen (Purn) Putu Wardana
11. Letjen (Purn) Yogi Supardi
12. Letjen Marinir (Purn) Suharto
13. Mayjen (Purn) Suwardi


Tim Jenderal SBY-Boediono
1. Mantan Panglima TNI Marsekal (Purn.) Djoko Suyanto
2. Mantan Kapolri Jenderal (Purn.) Pol Sutanto
3. Mantan KSAU Marsekal (Purn.) Herman Prayitno
4. Mantan Kepala Staf Teritorial TNI Letjen (Purn.) Agus Widjojo
5. Marsekal Madya (Purn) Surrato Siswodihardjo
6. Mantan Pangdam V/ Brawijaya, Letjen (Purn) Sudi Silalahi
7. Mantan Kasum TNI Letjen TNI (Purn) Suyono
8. Mantan Menpan, Letjen (Purn) TB Silalahi
9. Mayjen TNI (Purn) Herman LD
10. Mantan Kababinkum TNI AD, Mayjen TNI (Purn) Arief Siregar
11. Mantan Wakil Asisten Sospol Kepala Staf Sospol ABRI
12. Mayjen (Purn.) Yahya Sacawira
13. Staf Khusus Presiden, Mayjen (Purn) Sardan Marbun
14. Mayjen (Purn) Soeprapto
15. Mayjen (Purn) Irvan Edison
16. Mayjen (Purn) Abikusno
17. Sekretaris Pribadi Presiden, Brigjen TNI Kurdi Mustofa
18. Ketua Umum Partai Demokrat, Kol. (Purn) Hadi Utomo


Tim Jenderal JK-Wiranto
1. Mantan KSAD Jenderal (Purn.) Subagyo HS
2. Mantan Wakasad Letjen (Purn.) Soemarsono
3. Mantan KSAL Laksamana (Purn.) Bernard Kent Sondakh
4. Mantan Kapolri Jenderal (Purn.) Pol Chaeruddin Ismail
5. Mantan Wakil Panglima TNI Letjen (Purn.) Fachrul Razi
6. Mantan Kepala Staf TNI/AD, Ary Mardjono
7. Mantan Gubernur Jawa Tengah, Ismail
8. Mantan Pangdam VII Wirabuana Suaedi Marasabessy
9. Mantan Wakil Kasau Marsdya Purn Basri Sidehabi
10. Mantan Pangarmatim Mayjen Purn Djasri Marin
11. Mantan Danpuspom TNI Marsda Syamsuddin Arsyad
12. Mayjen TNI Purn Iskandar Ali
13. Mantan Wakasad Letjen Purn Soemarsono.