Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Friday, June 12, 2009

Menang dalam Satu Putaran?

Oleh: Rovy Giovanie/ Syarov D Imfath

Hasil riset LSI yang menempatkan SBY-Boediono dengan raihan suara 71% dianggap bohong karena hasil pesanan. Tapi, hasil survei lembaga lain pun menujukkan hasil serupa.
Capres Jusuf Kalla (JK) kesal. “Kenapa nggak 1 persen saja sekalian? Biar SBY-Boediono 99 persen,” ucap JK menanggapi pengumuman hasil survei LSI yang menyebutkan JK-Wiranto hanya mengantongi 7% dalam Pilpres 8 Juli nanti.
Tak hanya JK. Pasangan Megawati Soekarnoputri pun, Prabowo Subiantoo, tak kalah jengkelnya. Dia bahkan membeber siapa yang berada dibalik survei LSI. “Mereka adalah Fox Indonesia-nya Rizal Mallarangeng,” kata Parbowo menuding konsultan komunikasi tim SBY-Boediono itu.
Walhasil banjir kecaman mengalir ke arah lembaga survei pimpinan Saiful Mujani itu. Rekan sejawat pun ikut-ikutan mempertanyakan kredibilitas LSI yang dianggap tak independen. “Hasil survei yang dibiayai pihak tertentu sulit untuk independen. Hasilnya pasti sarat kepentingan,” kata Rocky Gerung, pengamat politik Universitas Indonesia, kepada Mimbar Politik.
JK, juga Prabowo dan Rocky Gerung boleh meradang. Tapi, cilakanya, hasil LSI itu didukung oleh hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga-lembaga survei lainnya yang dilakukan secara independen alias bukan pesanan. Meskipun perolehan SBY-Boediono tak sampai 71 persen, namun hampir semuanya memperkirakan pasangan incumbent ini bakal melenggang dalam satu putaran.
Empat lembaga survei terkemuka –Lembaga Survey Indonesia, Lingkaran Survey Indonesia, Lembaga Survey Nasional, dan LP3ES-- menempatkan SBY-Boediono dengan raihan suara di atas 50 persen. Sedangkan tiga survei lain yang dilakukan lembaga kurang dikenal –PKSPSPI, PKSPP dan Lembaga Riset Informasi-- memperlihatkan perolehan suara yang cenderung merata di antara pasangan kandidat, meskipun tetap memposisikan SBY-Boediono sebagai pemenang sebagaimana bisa dilihat pada tabel di bawah.
Fakta ini membuat lembaga riset kenamaan lainnya, Center for Indonesia Regional and Urban Study (CIRUS), meyakini akan berlangsungnya Pilpres dalam satu putaran. Sejauh ini CIRUS belum mengeluarkan hasil survei terbarunya. "Saya perkirakan hanya satu putaran, dengan tingkat keterpilihan pasangan SBY-Boediono sekitar 55 persen, JK-Wiranto tidak lebih 25 persen, dan Megawati-Prabowo 20 persen," kata Direktur CIRUS, Andrinof Chaniago.
Dalam pengumuman hasil risetnya di Kafe Pisa Jakarta, Kamis pekan lalu (11/6), Durektur Riset Lingkaran Survey Indonesia, Arman Salam, menjamin bahwa hasil riset yang dilakukannya murni atas biaya sendiri. Riset lembaga survei yang pada Pemilu Legislatif lalu berhasil melakukan quick count dengan hasil paling akurat ini dilangsungkan pada 28 Mei – 3 Juni 2009 di 33 Propinsi dengan jumlah responden 4.000 orang. Lembaga riset pimpinan Denny JA ini berkeyakinan bahwa Pilpres akan berlangsung satu putaran “Kecuali kalau tergadi ‘gempa’ politik,” tandas Arman.
Ada tiga alasan responden memilih pasangan SBY-Boediono. Pertama, kepribadian SBY disukai masyarakat. Kedua, sentimen pemilih terhadap kondisi hidup yang semakin puas. Meskipun banyak pengamat menilai pemerintah gagal, namun mayoritas masyarakat ternyata puas dengan bidang ekonomi SBY saat ini.
Ketiga adalah persepsi atas kinerja SBY. Umumnya publik puas dengan semua kinerja SBY. Yang tidak puas hanya soal tenaga kerja, sembako yang sedang-sedang saja. “Tapi ketidakpuasan atas isu ini tertutupi oleh kepuasan atas isu lain dan besarnya pesona pribadi SBY sendiri," ujar Arman.
Hal menarik dari survei ini adalah data yang menunjukkan bahwa keberpihakan SBY kepada wong cilik ternyata lebih tinggi dibanding Mega dan JK. Di kalangan wong cilik yang berpenghasilan di bawah Rp 400 ribu, SBY-Boediono unggul 59,5%. Sedangkan pasangan Mega-Pro sebesar 18,3%.
Survei ini juga mengambil sample delapan etnis Indonesia, yakni Jawa, Sunda, Melayu, Madura, Bugis, Betawi, Batak, dan Minang. Ternyata hasilnya, khusus di daerah Bugis yang logikanya menjadi basis suara JK-Win, pasangan SBY-Boediono unggul 42,7%. Sedangkan JK-Win sebesar 38,5%. Selain itu, untuk provinsi Sulawesi Selatan yang juga menjadi basis JK-Win, SBY-Boediono unggul sebesar 42,1 persen. Sedangkan JK-Win memepet dengan 40,3%. Sementara di Jawa Tengah yang merupakan basis PDIP, SBY-Boediono masih unggul dengan 56,2%. Mega-Pro hanya 22,6%. Perolehan suara Mega-Pro tertinggi pada etnis Melayu, yakni 24,3%, tetapi masih kalah jauh dengan SBY-Boediono, 57,8%.
Menurut Arman, tingkat akurasi survei ini sekitar 99% dengan margin of error 2,4%. “Kami menggunakan metode multistage random sampling, dengan wawancara tatap muka,” ungkap Arman.
Tak kalah menariknya adalah hasil survei Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Sama dengan Lingkaran Survey Indonesia dan Lembaga Survey Indonesia, LP3ES memprediksi Pilpres dalam satu putaran. Hasilnya, versi LP3ES: SBY-Boediono 54,9%, Mega-Pro 9,7% dan pasangan JK-Win hanya memperoleh 6,8%. Sisanya, 27% merupakan pemilih bingung alias swing voter.
Yang menarik dari survei yang diadakan di 15 kota besar, 3-4 Juni, dengan 1.994 responden ini adalah tingginya kesetiaan pemilih Partai Demokrat. "Tingkat kesetiaan itu tidak diikuti para pemilih Golkar maupun PDIP," demikian Peneliti LP3ES Dhaniel Dhakidae saat mengumumkan hasil risetnya, Senin pekan silam (8/6).
Jumlah pemilih Partai Demokrat yang tetap memilih SBY-Boediono memang tidak sampai 100%, melainkan hanya 79,9%. Tetapi angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pemilih PDIP yang hanya 58% saja akan memilih Mega-Prabowo. Loyalitas lebih rendah terjadi pada Golkar, hanya 44,9%. “Ketidaksetiaan pemilih Golkar yang mencapai 50,1% terjadi karena mereka tidak sepakat dengan yang diprogramkan ketuanya. Pilihan mereka jatuh kepada SBY-Boediono dan Mega-Prabowo,” jelas Kepala Devisi Penelitian LP3ES Fajar Nursahid.
Survei ini sekaligus mengungkap siapa sebenarnya yang paling memberi kontribusi dalam pasangan calon. Untuk pasangan nomor 1, peran Prabowo ternyata jauh lebih menonjol. Sebanyak 45,4% responden memilih pasangan Mega-Pro karena faktor Prabowo. Hanya 32,3% yang memilih semata karena Mega. Ini beda dengan dua pasangan lain. SBY-Boediono dipilih karena figur SBY (72,5%), ketimbang Boediono (2,2%). Begitu pula pasangan JK-Win yang didukung karena figur JK (63,2%) ketimbang Wiranto (7%).
Semua hasil riset di atas memang sangat mungkin berubah. Apapun bisa terjadi dalam empat pekan menuju 8 Juli mendatang. Namun survei membuktikan: tidak mudah menggeser suara SBY-Boediono. (*)


HASIL RISET TERBARU BERBAGAI LEMBAGA SURVEI

LEMBAGA SURVEI MEGA-PRABOWO SBY–BOEDIONO JK–WIRANTO
Lembaga Survey Indonesia 18 % 71 % 7 %
Lingkaran Survey Indonesia 16,4% 63,1 % 5,1%
Lembaga Survey Nasional 14 % 62 % 11 %
LP3ES 9,7 % 54,9 % 6,8 %
PKSPP 34,35 % 32,35 % 26,75 %
PKSPSPI 31,50 % 37,05 % 26,6 %
Lembaga Riset Informasi 20,09 % 33,02 % 29,28 %