Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Saturday, June 20, 2009

Jalan Lempang Sang Presiden Bersahaja!

Oleh: Rovy Giovanie
Masih mengenakan busana pengantin lengkap, pekan lalu, seorang wanita cantik berjalan terbata-bata mendatangi TPS di sudut kota Teheran. Wanita bernama Rubiah itu meninggalkan pesta pernikahan di rumahnya yang masih berlangsung. Ia khawatir terlambat untuk memberikan suara dukungannya kepada calon pemimpin idamannya.

Pemandangan menarik ini hanyalah gambaran tentang betapa bersemangatnya warga Iran –khususnya penduduk miskin— dalam menyuksesan Pemilu di tengah upaya pihak-pihak tertentu untuk mengagalkan kemenangan calon incumbent, Mahmoud Ahmadinejad. Warga Indonesia yang tinggal disana, Dina Sulaeman, melalui blognya menceritakan, yang dilakukan Rubiah itu juga terjadi pada penduduk miskin lainnya.
Besarnya partisipasi penduduk miskin ini bisa dipahami. Upaya penjegalan terhadap Ahmadinejad memang luar biasa. Jauh hari sebelum masa pencoblosan, para agen AS di Iran gencar melakukan provokasi agar rakyat tidak berpartisipasi dalam Pemilu.
Tetapi upaya ini rupanya gagal. Keberpihakan rakyat akhirnya menghadiahi Ahmadinejad kemenangan telak. Dengan tigkat partisipasi masyarakat mencapai 85 persen, Jumat dua pekan lalu (12/6), calon incumbent meraih 24.527.516 suara atau sekitar 62.63 % dari total suara 39,165,191. Posisi kedua diduduki Mir Hossein Moussavi yang mengantongi 13,216,411 suara (33.75 %), diikuti Mohsen Rezaei dengan 678,240 suara (1.73 %) dan Mehdi Karroubi 333,635 suara (0.85 %).
Hasil ini jelas tidak sesuai dengan harapan AS. Kontan saja Gedung Putih langsung menyuarakan penolakan, dengan dalih terjadinya kecurangan. Melalui Menlu Hillary Clinton, pemerintahan pimpinan Presiden Barack Obama itu tak mengakui kemenangan Ahmadinejad. “Kami menunggu bukti-bukti kecurangan dalam proses pemilihan tersebut,” kata Hillary.
Tak kalah lantangnya dengan Hillary, pesaing utama Ahmadinejad, Mousavi, menuntut pembatalan hasil Pemilu. Ia bersurat kepada Dewan Pertimbangan Iran dan meminta Pemimpin Spiritual Ayatullah Ali Khamenei untuk segera melakukan penyelidikan. Pemimpin tertinggi Iran yang semula mendukung kemenangan Ahmadinejad itu pun memutuskan untuk melakukan investigasi.
Tetapi banyak pengamat dalam dan luar negeri menengarai bahwa tindakan Mousavi tidak berdasar. Menurut mereka, upaya kecurangan justru lebih banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang menentang naiknya kembali Ahmadinejad, termasuk para agen AS yang tak henti-hentinya melakukan provokasi.
Pilpres kali ini memang menjadi ajang pertarungan yang tajam antara dua kubu. Pihak konservatif (mahafizh) diwakili Ahmadinejad dan Mohsen Razai, mantan pucuk pimpinan Garda Revolusi Iran. Sedangkan kubu reformis (ishlahi) direpresentasikan oleh mantan PM Iran Mir Hossein Mousavi dan tokoh utama parlemen Mehdi Karoubi.
Penolakan AS terhadap Ahmadinejad sudah terjadi sejak jauh hari. Dia dianggap sebagai ancaman bagi perdamaian Timur Tengah. Kebijakan luar negerinya dianggap bisa memicu berkobarnya kembali konflik Palestina vs Israel.
Tokoh yang berkuasa di Iran sejak 2005 ini memang tak mengakui keberadaan Israel. Di depan sidang PBB, dia pernah meminta agar Israel dihapus dari peta dunia. Alasannya, Negara zionis itu terlalu banyak melakukan kejahatan kemanusiaan. Ia juga menganggap pembantaian yang pernah menimpa ribuan warga Israel (holocaust) tak lebih dari sekedar mitos yang mengada-ngada.
Memburuknya hubungan Iran dengan AS dan Barat terjadi sejak suksesnya gerakan revolusi Islam Iran (1979) yang menggulingkan rezim imperium Syah Iran (Pahlevi) --sekutu terdekat Amerika dan Israel. Hubungan kian memburuk pasca bergulirnya agenda pengembangan nuklir Iran di masa kepemimpinan Ahmadinejad.
Bagi Ahmadinejad, tak ada alasan Barat melarangnya mengembangkan nuklir. Selain karena apa yang dilakukan untuk tujuan damai, selama ini Amerika dan Barat juga tak pernah menegor Israel yang diduga kuat melakukan pengembangan nuklir untuk tujuan tidak damai. Salah satu buktinya adalah penggunaan senjata kimia oleh pasukan Israel ketika menyerang Palestina beberapa waktu lalu.
Sikap semacam ini rupanya masih menjadi pilihan mayoritas penduduk Iran. Ditambah lagi dengan kemulaiaan dan kesederhanaan gaya hidup Ahmadinejad, sehingga ia kian dielu-elukan, terutama oleh warga miskin.
Ahmadinejad lahir di daerah desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 120 kilometer arah tenggara Teheran. Saat lahir, anak keempat dari tujuh bersaudara ini diberi nama Mahmud Saborjihan. Nama ini dipertahankan hingga sebuah keputusan besar mendorong keluarganya hijrah ke Teheran pada paruh kedua tahun 1950-an. Di Teheran itulah ayahnya, Ahmad Saborjihan, mengganti namanya menjadi Mahmud Ahmadinejad sebagai isyarat religiusitas dan semangat mencari kehidupan yang lebih baik. Dalam bahasa Persia, Saborjihan berarti pelukis karpet, pekerjaan rakyat kebanyakan di sentra karpet seperti Aradan. Sedangkan Ahmadinejad berarti ras yang unggul, bijak dan paripurna.
Harapan orang tuanya rupanya terwujud. Pada 2005, penyandang gelar doktor bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) ini berhasil memenangkan Pemilu. Kemenangan mantan walikota Teheran ini cukup mengejutkan dunia internasional, karena sebelumnya dia tidak banyak dikenal.
Tetapi bagi rakyat Iran, terpilihnya Ahmadinejad menjadi semacam berkah.
Ahmadinejad ternyata sosok pemimpin tauladan. Sebuah stasiun TV swasta AS, Fox, pernah melaporkan betapa bersahajanya kehidupan sang presien. Pada saat pertama menduduki kantor kepresidenan, ia menyumbangkan seluruh karpet Istana yang berharga sangat mahal kepada masjid-masjid di Teheran. Dia mengganti karpet istananya dengan karpet biasa yang berharga jauh lebih murah.
Pun demikian dengan ruangan berukuran besar di istana yang biasanya dipergunakan menerima tamu VVIP, ia memerintahkan untuk menutupnya. Ia menggantinya dengan ruangan biasa yang cukup untuk 2 kursi kayu. Meski sederhana, tetapi nyaman dan enak dilihat.
Dia tak pernah membeda-bedakan pegawai istana. Petugas kebersihan dan tukang kebun pun diajak bercengkerama dengan akrab. Sedangkan kepada para menterinya, ia secara rutin memintanya datang ke ruangannya untuk menyampaikan laporan dan kemudian dia memberinya arahan. Ia meniadakan kebiasaan seremoni red carpet, sesi foto, publikasi pribadi atau kunjungan-kunjungan keluar negeri yang tidak penting. Dengan demikian uang rakyat bisa dihemat.
Sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada rakyat, dia juga mengumumkan seluruh kekayaannya sebelum mulai menjabat. Begitu terpilih sebagai presiden pada masa jabatan pertamanya, publik banyak yang terkesima dengan Ahmadinejad yang ternyata tak punya kekayaan berharga.
Ia hanya memiliki mobil Peugeot 504 lansiran tahun 1977, rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun lalu. Rekening bank? Ternyata juga hanya beberapa dolar saja. Uang yang masuk hanya berasal dari gajinya sebagai dosen di sebuah universitas, sebesar US$ 250 per bulan. Sedangkan gajinya sebagai presiden tak pernah diambil, dengan alasan masih banyak rakyatnya yang lebih membutuhkan kesejahteraan.
Hebatnya, semua itu ternyata bukan jani-janji yang tak ditepati layaknya pemimpin di Indonesia. Dia menjalankan itu semua dengan konsisten dan sepenuh hati sampai akhir masa kekuasaannya dan bahkan kemudian terpilih kembali pada Pemilu pekan lalu.
Bayangkan, bagaimana bisa seorang presiden tidur beralaskan karpet di ruang tamu rumahnya yang sangat sederhana. Untuk makan pun dia tidak mau menikmati makanan mahal di tempat mewah, melainkan cukup dengan makanan ala rakyat biasa di ruang makannya yang juga jauh dari kesan mewah.
Kendaraan kepresidenan juga ditiadakan. Dia lebih suka mengendarai mobil bututnya. Demikian juga dengan pesawat kepresidenan, kini sudah disulap menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak rakyat. Ia memilih menggunakan pesawat komersial bila melawat ke negara lain. Itu pun bukan kelas eksekutif atau bisnis, tetapi kelas ekonomi.
Fasilitas hotel mewah juga tidak dikenalnya. Ia justru menolak ketika disediakan hotel mewah berukuran besar. Alasaannya, dia terbiasa tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Satu hal yang membuat kagum adalah tas yang selalu ditenteng sendiri itu ternyata berisi roti isi atau roti keju yang disiapkan sang istr untuk sarapan atau makan siang. Luar biasa.
Tak heran kalau rakyat miskin sangat berkepentingan untuk memenangkannya pada Pemilu yang diumukan pekan lalu.