Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Sunday, April 11, 2010

Road to Demokrat-1: Kala Titah SBY Tak Lagi Diindahkan

Naskah: Rovy Giovanie
Persaingan antar kandidat ketua umum Partai Demokrat mulai memanas. Mereka tak hanya saling klaim dukungan, tetapi juga saling menjegal. Pesan SBY agar persaingan berlangsung sehat nampaknya tak lagi diindahkan.

Sebuah pesan singkat, pekan lalu, menghampiri ponsel salah seorang awak media Mimbar Politik. Isi pesannya cukup mengejutkan. Katanya, Anas Urbaningrum telah dipanggil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, dan diminta untuk mengundurkan diri dari bursa calon ketua umum DPP Partai Demokrat.
Pesan ringkat dari nomor tak dikenal ini rupanya tak hanya dialamatkan ke Mimbar Politik. Sejumlah politisi Demokrat juga menerima pesan serupa. Tak terkecuali Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, yang kini memimpin Tim Sukses Anas Urbaingrum.
Sejumlah politisi Demokrat sempat termakan isu ini. Apalagi sebelumnya santer beredar kabar bahwa restu SBY sudah dikantongi Andi Alfian Mallarangeng. Setidaknya dukungan putra SBY, Edhie Baskoro alias Ibas, dipelesetkan sebagai bentuk dukungan SBY terhadap politisi berdarah Makassar itu. Rumor soal restu semakin kuat menyusul mundurnya dua kandidat ketua umum lainnya, Agus Hermanto dan Djafar Hafsjah, yang kemudian merapat ke kubu Andi Mallarangeng (AM).
Konon Agus Hermanto mundur akibat permintaan kakak kandungnya yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Hadi Utomo. Menurut sumber Mimbar Politik, Hadi Utomo yang tak lain adalah adik ipar SBY meminta Agus merapat ke AM karena perintah Ibu Negara, Ani Yudhoyono. “Setahu saya dukungan ke Andi Mallarangeng memang dari Ibu Ani, bukan dari SBY,” ujar sumber salah seorang pentolan Demokrat itu kepada Mimbar Politik, Selasa (6/4).
Sejauh ini belum ada konfirmasi soal dukungan dari Ny Ani Yudhoyono. Tetapi dukungan Ibas kepada AM kabarnya memang atas perintah ibundanya. Maklum, kedekatan AM dengan keluarga Cikeas memang sudah terjalin cukup lama. Jabatan Juru Bicara Kepresidenan yang disandang AM sejak 2004 tak hanya mendekatkan alumnus Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat, itu secara profesi, tetapi juga dalam kehidupan pribadi keluarga SBY. Apalagi sosok AM yang ramah dan mudah akrab, sehingga membuat keluarga Cikeas ‘jatuh hati’.
Yang jelas, sebagai ahli politik, AM sangat memahami betapa ampuh pendekatan politik melalui seorang wanita. Pada era Orde Baru, misalnya, sudah menjadi rahasia umum betapa besarnya peran Ibu Tien dalam kiprah politik mendiang Soeharto. Pun kali ini, Ny Ani Yudhoyono kabarnya juga banyak mewarnai keputusan-keputusan yang dimbil sang suami.
Dua kandidat pesaing AM, Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie, sempat terganggu berbagai rumor tentang restu Cikeas tersebut. Apalagi isu itu belakangan sudah cenderung tendensius. Ahmad Mubarok, misalnya, menganggap cara AM itu sebagai bentuk ketidakpercayaan diri. “Jadi nampak mana yang percaya diri atau tidak,” kata Ketua Tim Sukses Anas Urbaningrum ini ketika berkunjung ke kantor Mimbar Politik, Jumat (2/4).
Toh Mubarok tak mempersoalkan ada atau tidaknya restu SBY atau Ny Ani Yudhoyono. Yang jelas, menurut Mubarok, SBY tidak mungkin memberikan dukungan secara terbuka kepada salah satu calon. Tetapi kalau kemudian dukungan itu kemudian diberikan secara diam-diam, menurutnya, tidak menjadi masalah karena tidak akan mempengaruhi persaingan antar kandidat.
“Kalau restu diam-diam, itu sama juga bohong. Saya juga bisa memberikan dukungan dari belakang, tapi kan itu tidak ada gunanya dalam pertarungan politik,” sambung pengamat politik UI, Arbi Sanit, kepada Mimbar Politik.
Pun mengenai kabar permintaan SBY agar Anas mundur, Mubarok hanya menganggapnya sebagai pekerjaan orang iseng. ‘Corong’ Partai Demokrat ini haqqul yakin bahwa SBY tak mungkin melakukan cara-cara yang bertolak belakang dengan demokrasi. Apalagi Mubarok sendiri sudah menyampaikan secara langsung kepada SBY bahwa dirinya mendukung Anas. “Argumen saya waktu itu bahwa Demokrat ke depan itu pilihannya adalah ketua umumnya harus yang muda, futuristik atau tokoh kuat yang relevan dengan keadaan,” jelas Mubarok.
Tokoh kuat yang dimaksudkan adalah sekelas jenderal. Nama Menko Polhukam Jenderal (Purn) Djoko Suyanto, sempat disebut-sebut sebagai tokoh yang hendak dipasang SBY untuk pertarungan politik 2014. Selain karena gaya politiknya yang mirip dengan SBY juga popularitasnya yang setara dengan pimpinan parpol besar lainnya.
Belakangan, menurut Mubarok, Djoko menyampaikan keengganannya untuk berpolitik praktis. Karena itu dalam pandangan tokoh yang menjabat Wakil Ketua Umum DPP Demokrat atas permintaan khusus SBY ini, hanya Anas yang saat ini paling pantas didukung.
Bila ditelusuri ke belakang, merapatnya mantan Ketua PB HMI ini ke Partai Demokrat juga atas permintaan SBY. Ini tertjadi menjelang pelaksanaan Kongres Partai Demokrat tahun 2005. “Pak SBY memang dulu sebelum kongres (2005), pernah mengatakan coba rekrut tokoh-tokoh muda seperti Anas. Jadi, naluri saja. Saya kira tidak dipersiapkan khusus. Seperti saya juga tidak menyiapkan dia, tetapi ketika hanya ada dia, ya saya usung Anas,” kilah Mubarok.
Naluri SBY ini barangkali lantaran sosok Anas yang mirip dengan dirinya. Banyak kalangan bahkan menyebut Anas sebagai ‘SBY Kecil’. Tetapi bisa juga karena pesona politisi muda ini yang memang punya kharisma. Sejak mengenyam pendidikan S-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (1988-1992), banyak tokoh yang meramalkan Anas sebagai calon pemimpin masa depan.
Tak heran bila nama Anas melambung pesat setelah bergabung dengan Demokrat. Bukan karena jabatannya sebagai salah satu Ketua DPP, tetapi karena sosoknya yang memang hangat dan ‘mencuri perhatian’ publik. “Anas itu dibuat apa saja dia tetap santun, tidak bisa marah,” kata Mubarok.
Ketika dirinya digosipkan menggoyang kursi Ketua DPR, Marzuki Alie, beberapa waktu lalu, misalnya, Anas hanya tenang-tenang. Pun ketika dia dianggap gagal memimpin fraksi –menyusul kegagalan Demokrat memenangkan sidang paripurna soal Century--, lelaki kelahiran Blitar ini juga tak mau berpikiran negatif terhadap penghembus isu itu. “Publik pasti akan mengetahui kebenarannya, karena prosesnya sangat terbuka,” kilahnya.
Tak bisa dibantah bahwa rumor ini sempat memperpuruk citra Anas. Bahkan hingga detik ini, sejumlah pengamat masih menganggap Anas berada di balik kegagalan Demokrat dalam Pansus Century yang lalu. Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini dianggap tak mampu melakukan lobi. Bahkan belakangan ada yang berusaha mencitrakan Anas sebagai sosok yang hanya mampu berwacana, tetapi tidak memiliki visi jelas ke depan. Karena alasan inilah, menurut rumor itu, yang membuat SBY tak memberikan dukungan kepada Anas.
Sebagai pengusung Anas, Mubarok mengaku sempat termakan isu itu, sehingga ragu mengusung Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI itu. Tetapi setelah mendengar penjelasan langsung dari SBY soal perilaku anggota parpol koalisi, Mubarok tak lagi meragukan Anas. “Bagaimana mungkin Anas bisa mengendalikan koalisi, SBY saja dikadalin. Jadi kekalahan Demokrat (dalam sidang paripurna DPR) kemarin sama sekali bukan karena ketidakmampuan Anas,” tegas Mubarok.
Langkahnya mengusung Anas pun kian mantap. Bukan hanya untuk posisi Demokrat-1, tetapi lebih jauh dari itu. Apalagi Prof. Bill Liddle, guru besar ilmu politik dari Ohio State University, AS, memperkirakan munculnya Obama-Obama baru di pentas politik Indonesia. Karena itu, bila Anas terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat, menurut Mubarok, waktu lima tahun menu pertarungan politik 2014 akan menempa dan mematangkan Anas. “Saat ini Anas memang belum jadi, baru sekitar 20 persen yang keluar. Kalau dia menjadi ketua umum otomatis akan memaksanya untuk lebih matang,” tandasnya.
Potensi ini nampaknya cukup ampuh menarik dukungan. Meski secara formal belum mendeklarasikan pencalonannya, namun dukungan ke arah Anas mengalir deras. “Saya merasakan strum dukungan itu makin terasa kuat, karena rupanya ada sambungan aspirasi, sambungan batin, sambungan nurani politik, dengan DPD-DPD dan DPC-DPC,” ujar Anas kepada Mimbar Politik di kantornya, Selasa (6/4).
Dalam pertemuan silaturrahmi Anas dengan para pengurus DPC dan DPD, akhir Maret lalu, misalnya dihadiri 331 dari 452 DPC Partai Demokrat se-Indoenesia. Ada juga 13 Ketua DPD dari sejumlah provinsi. Jumlah ini melebihi DPC yang menghadiri deklarasi Andi Mallarangeng, kala itu, yang kabarnya hanya sekitar 100 DPC.
Sejumlah politisi senior Demokrat juga turut hadir, seperti Sekjen Amir Syamsudin, Hayono Isman, Yahya Sacawirya, Syarif Hasan, Jafar Hafsah, Benny K Harman, Jhonny Marbun, dan beberapa lainnya.
Tak salah bila banyak pengamat memperkirakan Anas akan memenangkan pertarungan dalam kongres nanti bila SBY benar-benar bersikap netral. "Saya yakin kalau kongresnya berjalan fair, Anas akan menang," ujar pengamat politik LIPI, Syamsuddin Harris di Jakarta, Minggu (4/3).
Pengamat politik Alfan Alfian malah tak melihat Andi Mallarangeng sebagai pesaing berat dalam kongres mendatang. Justru Marzuki Alie dianggap sebagai kandidat yang bisa mengimbangi potensi Anas. Keduanya dinilai lebih kapabel dan mengakar di internal PD karena kapasitas dan posisi politik yang mereka miliki saat ini. ”Anas sebagai ketua bidang politik dan Marzuki Alie sebagai mantan sekjen partai sekaligus Ketua DPR RI. Dengan fakta tersebut, peluang Marzuki dan Anas lebih terbuka," katanya di Jakarta, Minggu (4/4).
Marzuki Alie memang sempat dikabarkan bakal merapat ke Anas Urbaningrum dalam detik-detik menjelang kongres nanti. Hal ini lantaran kesamaan visi dan gaya politik kedua kader Demokrat ini. Namun, sejauh ini, politisi asal Palembang ini nampak serius menggalang dukungan. Tim Sukses dibawah kepemimpinan Max Sopacua juga terus melakukan gerilya politik ke daerah.
Yang jelas, Marzuki sendiri belakangan juga cukup aktif melontarkan pernyataan balasan terhadap manuver yang tengah dilakukan kubu Andi Mallarangeng. Apalagi tokoh yang berada di balik ‘pemboikotan’ sejumlah DPC dan DPD untuk menghadiri acara soft launching pencalonannya, beberapa waktu lalu, kabarnya berasal dari kubu Andi. “Mereka menjual nama SBY untuk melarang DPC dan DPD datang ke acara Pak Marzuki. Apalagi Ketua Umum (Hadi Utomo) juga ikut melarang kedatangan mereka dengan alasan belum ada ijin dari DPP,” ujar sumber Mimbar Politik.
Karena kekesalan ini, Marzuki yang biasanya selalu santun pun belakangan cenderung keras. Ia menyerang balik Andi dengan mempersoalkan jasanya terhadap Partai Demokrat. Menurut Marzuki, Andi belum banyak berbuat terhadap partai, karena dia memang baru belakangan masuk dalam struktur pengurus partai. "Makanya dia (Andi) deklarasi duluan agar bisa memperkenalkan diri,” sindir Marzuki kepada Mimbar Politik, pekan lalu.
Tim Sukses Marzuki, Achsanul Qosasih, malah menganggap manuver yang gencar dilakukan kubu AM belakangan ini tak akan berdampak terhadap suara dukungan, karena pemilik suara adalah DPC dan DPD. Sedangkan Marzuki dan Anas sudah gencar melakukan komunikasi politik ke daerah-daerah. “Saya yakin SBY tak akan intervensi. Beliau baru akan turun tangan bila kompetisi berjalan tidak fair," tegas Achsanul.
Sebagai partai yang selalu mewacanakan demokrasi memang terlalu riskan bagi SBY untuk menggiring kongres kea rah salah satu calon. "Ini taruhan untuk SBY. Kalau dapat bersifat fair dan mengayomi semua kandidat yang bersaing, SBY akan dicatat sebagai seorang demokrat sejati," ujar Syamsuddin Harris.
Tetapi sumber Mimbar Politik di kalangan Istana membocorkan bahwa sebenarnya SBY memang lebih condong ke salah satu calon. Hanya saja dukungan itu tak mungkin disampaikannya secara terbuka. Maklum, dalam sambutan resminya dalam acara Rakornas Pra kongres Partai Demokrat beberapa waktu lalu, SBY memang justru menekankan pentingnya demokrasi yang sehat dalam kongres mendatang.
Bila bocoran dari sumber itu benar adanya, maka dikhawatirkan bakal menurunkan kredibilutas SBY. Apalagi bila kongres akhirnya justru memenangkan calon yang tak didukungnya. Menurut Alfan, kejadian semacam ini sangat terbuka kemugkinannya bila melihat arus dukungan DPC dan DPD yang cukup kuat mengarah ke calon yang justru tak disebut-sebut mendapat restu.