Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Friday, June 12, 2009

Momentum Akbar, Karma JK

Oleh: Rovy Giovanie/ Syarov D Imfath

Tokoh senior Partai Golkar Akbar Tandjung mendapat momentum: Anjloknya perolehan Golkar pada Pemilu 2009 dan kemungkinan gagalnya Jusuf Kalla meraih posisi RI-1 bisa menjadi ajang balas dendam para pendukung Akbar. Karma bagi JK?
Tragedi Munas ke-7 Golkar di Bali, 15-20 Desember 2004, tak pernah lepas dari ingatan Akbar. Saat itu dia tak hanya menghadapi kenyataan pengkhianatan kader kesayangannya, Agung Laksono. Lebih dari itu, sebuah ‘konspirasi’ dahsyat –melibatkan kekuasaan-- akhirnya menghentikan langkah Akbar di tubuh partai yang dibesarkannya dengan susah payah. Para pengikutnya pun disikat habis oleh Jusuf Kalla setelah resmi menjabat Ketua Umum Partai Golkar.
Munas ke-7 Golkar memang fenomenal. JK yang semula tak diperhitungkan tiba-tiba melesat tajam. Posisi wapres yang baru dijabat rupanya menjadikannya sakti. Maklum, Golkar yang merupakan pemenang Pemilu 2004 memang memiliki posisi penting bagi pemerintahan SBY. Kalau sampai Fraksi Golkar di DPR tak bisa ‘dipegang’, maka pemerintahan SBY-JK bisa goyah. Sangat masuk akal kalau rumor, kala itu, menyebutkan bahwa JK mendapatkan suntikan dana tak terbatas untuk bisa tembus ke kursi Golkar-1.
Kini, setelah lima tahun berlalu, JK bisa kena batunya. Empat bulan lagi jabatan Wakil Presiden harus dilepas. Sedangkan posisinya sebagai calon Presiden dalam Pemilihan Presiden Juli mendatang nampaknya sulit membuahkan hasil. Hampir semua survei menempatkannya pada urutan paling buncit. Prosentase perolehannya bahkan tak jauh dari 10 %, sebagaimana bisa dibaca pada laporan kami di edisi ini -- Menang dalam Satu Putaran? . Sementara Golkar di bawah kepemimpinannya banyak menorehkan catatan kegagalan. Pada Pemilu lalu, suara Golkar merosot tajam, dari 21 % pada Pemilu 2004 menjadi 14,5 % pada pemilu tahun ini.
Dan bagi Akbar Tanjung, yang akrab dipanggil Bang Akbar oleh kolega-koleganya, situasi ini jelas merupakan momentum yang tak boleh disia-siakan. Meskipun secara kelembagaan tidak lagi menjabat – dan kader setianya juga banyak yang tergusur dari DPP--, namun faktanya si Abang masih cukup mengakar di bawah. Apalagi politisi tulen ini juga cukup rajin turun ke bawah, bahkan mungkin lebih sering dibandingkan JK. “Selama ini kami tidak pernah diperhatikan. Jangankan diberi bantuan, diajak bicara saja tidak pernah,” tutur salah seorang pengurus DPD Golkar Surabaya kepada Mimbar Politik.
Dalam blog pribadinya, Akbar pernah curhat tentang keluhan-keluhan pengurus Golkar di daerah ihwal ketidakpedulian JK. Alasan inilah yang kiranya membuat para pengurus DPD II lebih dekat dengan si Abang. Misalnya saja pada saat DPP menggelar Rapimnassus penetapan capres-cawapres Golkar beberapa waktu lalu, para pimpinan DPD II se-Indonesia diam-diam mengadakan rapat tandingan bersama Akbar di tempat lain. Hasilnya, mereka kompak menolak pencalonan JK sebagai calon Presiden.
Meskipun DPP tak menggubris, namun potensi perlawanan daerah ini ibarat api dalam sekam. Mereka bisa melakukan perlawanan kapan saja. “DPP itu terlalu meremehkan daerah. Apa nggak sadar kalau sebenarnya daerah yang justru lebih dekat dengan pemilih. Jangan salahkan kalau survey menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pemilih Golkar tidak akan memilih JK-Win dalam Pilpres mendatang,” kata politisi yang kini duduk di DPRD Kota Surabaya tadi, kesal.
Ia bersyukur Golkar masih memiliki figur seperti Akbar. Menurutnya, pertemuan Trio Alpha -- Akbar, Abu Rizal Bakrie, dan Agung Laksono -- adalah wujud dari aspirasi daerah. “Desakan Munaslub sangat kuat dari daerah,” tandasnya.
Inilah yang membuat Trio Alpha mengenyampingkan perbedaan di antara mereka demi kepentingan lebih besar. Akbar sendiri kabarnya sudah lama memaafkan Agung Laksono yang sempat menjadi ‘Brutus’ pada Munas Golkar di Bali tempo hari. Konon, faksi Akbar yang semula terkenal dengan keperkasaannya itu bakal dibangkitkan kembali. Tampilnya perlawanan Trio Alpha terhadap JK secara terbuka merupakan salah satu buktinya.
Salah seorang kepercayaan Akbar, Ridwan Hisyam, tak menampik bakal turun gunungnya si Abang. Menurut Ketua Kosgoro 57 —pecahan kino Golkar, Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong— itu, Akbar ambil bagian karena prihatin dengan suara Golkar yang merosot tajam pada Pemilu lalu. “Itu terjadi karena mismanagement. Karena itu harus diambil langkah strategis. Kalau tidak, suara Golkar bisa-bisa turun hingga tujuh persen,” ujar Ridwan.
Belakangan, Agung dan Abrizal memang mengambil jarak dengan tim JK-Win. Mereka nyaris tak pernah nongol dalam pertemuan-pertemuan yang digelar JK-Win. Pada acara penting Silaturahmi Nasional (Silatnas) yang dihelat Dewan Penasihat Partai Golkar di Hotel Borobudur, Rabu pekan lalu (10/6) misalnya, keduanya absen. “Pak Ical sibuk dengan tugasnya sebagai Menteri,” kilah Ketua Dewan Pembina Golkar, Surya Paloh, tentang Aburizal. Meskipun, sumber kalangan dekat Ical mengatakan bahwa bos Bakrie Group itu tidak sedang sibuk saat Sitnas berlangsung. “Kan acara Silatnas itu gawenya Surya Paloh. Masa ya Bapak mau datang ke acara pesaingnya?,” tutur sumber itu polos.
Saat ini memang tengah beredar dua kubu yang memperebutkan posisi puncak Golkar. Kubu JK mendukung Surya Paloh sebagai Ketua Umum didampingi Siswono Yudhohusodo sebagai Ketua Dewan Pembina. Sedangkan kubu Trio Alpha menjagokan Ical dan Akbar untuk masing-masing jabatan tadi.
Banyak pihak memprediksikan JK bakal terjungkal, entah dalam Munaslub ataukah Munas. Selain karena besarnya dukungan daerah ke arah Trio Alpha, juga kematangan persiapan yang mereka lakukan. “Bang Akbar nggak mungkin mau terjerembab dua kali,” ujar sumber internal DPP Golkar.
Sejauh ini Trio Alpha sudah lima kali bertemu. Tempatnya bergiliran diantara ketiga pentolan Golkar itu. Pertemuan dilakukan paling banyak di rumah Ical yakni 3 kali, sedang di rumah Agung dan Akbar masing-masing 1 kali. "Dalam pertemuan itu dilakukan 2 hal. Antara lain, usaha menyamakan pikiran kami dalam bagaimana meminta Aburizal Bakrie untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Golkar 2009-2014," kata Ketua DPD Golkar Sultra Ridwan Bae, tanpa mau menyebut agenda kedua. Dia mengklaim Ical telah mendapat dukungan dari 328 DPD I dan II. Dukungan ini diberikan karena Ical dinilai lebih peduli terhadap daerah. Setiap pertemuan selalu melibatkan perwakilan DPP, DPD I dan DPD II.
Di kediaman Ical di Menteng, beberapa waktu lalu, misalnya, selain Trio Alpha sendiri juga hadir perwakilan daerah dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, serta sejumlah pengurus tingkat kabupaten dan kota. Dari jajaran DPP di antaranya, Firman Subagyo, Priyo Budi Santoso, dan beberapa nama lainnya.
Seperti biasa, sahibul bait lantas mendaulat Akbar berpidato tentang Golkar masa depan. Dengan gayanya sebagai politisi ulung, mantan Ketua DPR itu menelanjangi kegagalan JK. Forum itu seolah menjadi pengadilan in absentia bagi Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla. Dia dianggap paling bertanggung jawab atas keterpurukan Golkar.
Hasilnya, peserta pertemuan sepakat untuk mengupayakan Munaslub yang dipercepat pada Juli mendatang. Langkah taktis dan antisipatif juga telah dirancang dalam menghadapi Pilpres nanti. Misalnya apa yang dilakukan jika JK-Win menang di putaran pertama dan bagaimana jika kalah. Skenarionya, jika JK gugur di putaran pertama, suara Golkar akan ”diamankan” agar tidak menyokong Mega-Prabowo. Soalnya, kuat diduga dalam putaran kedua SBY yang menang, sementara Golkar tak mau menjadi oposisi. ”Kami kan ber-platform kekaryaan, jadi kami tidak punya kultur oposisi,” kata sumber yang hadir dalam pertemuan itu.
Untuk melicinkan rencana, Munaslub akan digelar sebelum pelantikan Presiden terpilih pada 20 Oktober 2009. Bahkan ada yang memaksakan agar Munaslub itu dilakukan pertengahan atau akhir Juli 2009. Ketua DPP Golkar, Muladi, tak menampik. “Kalau JK kalah dalam Pilpres, Munas Golkar akan dipercepat bulan Juli,” tandasnya.
Muladi bahkan menyarankan agar JK sendiri yang berinisiatip untuk melakukan percepatan Munas. “Jadi jangan menunggu dituntut, tetapi atas ide dari Pak Jusuf Kalla sendiri untuk mundur. Jangan sampai pengunduran diri Pak Kalla itu melalui desakan Munas atau Munaslub. Saya kira itu lebih baik,” kata Muladi.
Upaya pendongkelan ini tentu saja sangat mengganggu JK dan para pendukungnya. Fokus perhatiannya untuk bisa memenangkan Pilpres jadi terganggu. Wajar kalau kader-kader JK di DPP geram dengan ulah Trio Alpha. Ketua Tim Sukses JK-Win, Fahmi Idris, misalnya, mengaku sangat prihatin dengan manuver itu. ”Kok, tega benar,” kata Fahmi. ”Kalau mau jadi ketua, ya, tunggu saja waktunya,” tambah Menteri Perindustrian itu, mengungkapkan kejengkelan atas upaya mengadakan dan mempercepat Munaslbu itu.
Fahmi menduga, manuver ini merupakan refleksi kekecewaan atas keputusan partai tak berkoalisi dengan SBY. Sejumlah nama, termasuk Akbar, Agung, dan Ical, memang sempat disebut-sebut bakal menjadi kandidat calon Wakil Presiden mendampingi SBY. ”Karena Golkar batal berkoalisi dengan Demokrat, kesempatan itu menjadi hilang,” kata Fahmi.
Makanya, Fahmi curiga, tiga sahabatnya itu tak berharap Kalla menang dalam Pemilihan Presiden. ”Menurut saya, motivasi mereka ya soal kabinet. Sebab, kalau tidak, kok serius sekali,” kata Fahmi.
Tetapi tudingan itu dibantah Agung. Ia berkilah bahwa pertemuan Trio Alpha hanya membahas masalah biasa.”Kami tetap bulat mendukung JK-Wiranto,” tegasnya.
Apapun jawaban Agung yang pasti Trio Alpha jauh lebih diuntungkan bila JK kalah dalam meraih posisi RI-1 itu. Tanpa harus kerja keras, JK akan terjungkal dengan sendirinya. Dan itu, bisa jadi karma bagi JK yang lima tahun lalu telah “membunuh” Akbar.