Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Friday, July 16, 2010

Konflik Partai Demokrat Tunggu Pemantik

Meski baru diresmikan, kepengurusan baru Partai Demokrat menyimpan potensi konflik cukup besar. Kubu sakit hati kabarnya telah berancang-ancang melancarkan serangan.

Di sebuah kafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (3/7), sejumlah politisi Partai Demokrat asyik bercengkerama. Di tengah lantunan sentimental senandung instrumen Kenny G bertajuk Song Bird, terdengar teriakan keras salah seorang diantaranya. “Kita sudah bertahun-tahun mengabdi, ternyata dikalahkan oleh orang yang sama sekali tak berkeringat. Ini tidak bisa dibiarkan,” teriak sang politisi itu berapi-api.
Mereka nampaknya tengah membicarakan susunan pengurus baru Partai Demokrat yang segera menjalani pelantikan. Meski semuanya nampak kecewa, namun reaksinya beraneka ragam. Ada yang emosional, ada juga yang menanggapinya dengan kepala dingin.
Sejatinya acara nongkrong di kafe itu semata-mata untuk melepas penat. Tetapi mungkin karena senasib sepenanggungan, perbincangan akhirnya mengarah ke soal susunan pengurus partainya. Kebetulan susunan pengurus yang sudah diumumkan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum (AU), 17 Juni 2010 lalu memang segera menjalani pelantikan.
Dari penelusuran Kabar Politik, tingkat kekecewaan sejumlah tokoh Partai Demokrat terhadap susunan pengurus baru memang cukup mendalam. Kekecewaan ini terutama datang dari kubu yang kalah dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung, 21-23 Mei 2010 lalu. Mereka adalah kubu Marzuki Alie (MA) dan kubu Andi Mallarangeng (AM). Di luar itu masih ada kubu lainnya, yakni kelompok mereka yang merasa dekat dengan keluarga Cikeas, diantaranya Andi Arief. Belum lagi dengan kubu keluarga Cikeas sendiri yang merasa lebih berhak atas partai yang didirikan SBY itu.
“Memang cukup banyak orang (kader) yang kecewa. Tetapi saya tetap positif thinking saja dan siap mendukung kepengurusan. Bagi kami, yang merasa kecewa tidak harus melakukan perlawanan,” ujar mantan Tim Sukses MA, Achsanul Qosasih kepada Kabar Politik di Jakarta, Senin (5/7).
Pantas kalau Achsanul kecewa berat. Menjelang penyusunan pengurus, beberapa waktu lalu, namanya masuk dalam usulan kubu MA yang diajukan ke Anas, yakni sebagai calon Sekjen. Namun kenyataannya sangat jauh dari harapan. Dalam struktur baru, orang kepercayaan Ketua DPR RI ini hanya menjadi Sekretaris Departemen Perbankan.
Kekecewaan lebih berat sudah pasti dirasakan Marzuki Alie. Sebagai pemenang kedua –dengan perbedaan suara tipis—dalam kongres yang lalu, kubu mantan Sekjen DPP Partai Demokrat ini sepantasnya mendapat porsi jabatan terbesar kedua setelah kubu Anas Urbaningrum. Tetapi realitasnya, kubu Marzuki justru mendapat jatah paling sedikit dan posisi-posisi yang kurang strategis. Hanya Max Sopacua yang menduduki jabatan Wakil Ketua Umum.
Sementara kubu Andi Mallarangeng (AM) yang perolehan suaranya jauh dibawah Maezuki justru mendapat jatah lebih banyak. Diantaranya Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono dan Wakil Sekjen IV Ramadhan Pohan.
Barangkali karena alasan ini, Marzuki yang selama ini dikenal lembut tiba-tiba ‘menyerang’ secara terbuka kebijakan Anas mengangkat Andi Nurpati sebagai pengurus Partai Demokrat. "Saya tidak mengerti, atas pertimbangan apa DPP Demokrat merekrut Andi Nurpati sebagai pengurus DPP PD periode 2010-2015. Sepertinya, pengurus PD tidak taat aturan dan UU. Saya tidak tahu alasannya, saya tidak mengerti pertimbangannya apa," sentil Marzuki.
Konon, Marzuki kecewa berat dengan susunan pengurus baru DPP. Meski dirinya sendiri mendapat posisi strategis sebagai Wakil Ketua Majelis Tinggi, namun orang-orang kepercayaannya banyak yang mendapat tempat. Marzuki kabarnya sampai pusing menghadapi keluhan para mantan Tim Suksesnya. Apalagi sebagian diantaranya ada yang sempat emosional dan mengancam melakukan serangan ke arah kubu Anas. Untungnya Marzuki berhasil meredam.
Meski demikian, tidak ada jaminan para kelompok sakit hati ini akan tinggal diam selamanya. Bisa saja mereka masih menunggu waktu untuk melakukan perlawanan. Apalagi pelantikan pengurus juga baru dilaksanakan.
Sikap seperti ini nampaknya akan dilakukan kubu Andi Arief. Menurut sumber Mimbar Politik, Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam ini tidak hanya sakit hati dengan Anas, tetapi juga merasa dilecehkan. Pasalnya, tak seorang pun yang diusulkan masuk dalam jajaran pengurus ternyata tidak muncul saat pengumuman yang lalu. “Yang paling menyakitkan bagi Andi adalah tidak masuknya orang dekat Andi yang sebenarnya berjasa besar terhadap eksistensi Anas di Partai Demokrat,” jelas sumber tadi.
Orang yang dimaksudkan sang sumber adalah putra pengusaha kaya asal Lampung yang dulunya menjembatani Anas dengan Andi Arief untuk bisa masuk dalam kepengurusan Partai Demokrat. “Waktu itu Anas baru keluar dari KPU dan minta tolong agar bisa menjadi pengurus Partai Demokrat. Dia lah yang membantu melalui Andi Arief yang kebetulan punya akses baik dengan SBY,” ujarnya.
Yang lebih menyakitkan bagi Andi, kata sumber tadi, Anas semula berjanji memenuhi permintaan tolong itu dalam pertemuan di sebuah tempat di Jakarta ketika penyusunan pengurus sedang berlangsung. “Jadi dalam pandangan Andi, Anas itu orang yang tidak tahu terimakasih, lupa akan jasa-jasa orang lain. Ini tidak bisa dibiarkan, bisa membahayakan Partai Demokrat,” tandasnya.
Kabarnya Andi kini sudah ancang-ancang melancarkan serangan terhadap orang-orang Anas di DPP Partai Demokrat. Salah satunya yang akan dijadikan target adalah Bendahara Umum, M Nazaruddin. Tokoh penggalang dana Tim Suksapes Anas Urbanungrum itu disebutnya tersangkut sejumlah kasus korupsi di Depertemen Kesehatan. “Kalau Andi kumat gilanya dia kan ngumpulin data. Jadi bukan asal ngomong,” ujar sumber tadi.
Entah benar atau tidak, sumber tadi malah menyebut bahwa Nazaruddin sendiri sudah ketar-ketir dengan ancaman ini. Apalagi kabar ‘cacatnya’ Nazaruddin telah menyebar lewat SMS di kalangan tertentu. Bahkan resistensi semacam ini lah yang menyebabkan tertunda-tundanya pelantikan pengurus.
Namun tuduhan ini dibantah tegas kubu Anas. Menurut mantan Juru Bicara Tim Sukses Anas Urbaningrum, Saan Mustofa, semua pernyataan sumber itu tidak benar. “Tidak ada kubu-kubuan di Demokrat. Yang ada hanya Partai Demokrat saja,” tegasnya kepada Kabar Politik di Jakarta, Rabu (7/7).
Dan kalaupun kabar sakit hatinya Andi terhadap Ana situ benar, menurut Saan, dirinya tidak tahu apa penyebabnya. Sepengetahuannya, hubungan kedua mantan tokoh aktivis ini baik-baik saja. “Meski saya tidak mengetahui dengan jelas hubungan keduanya, namun keduanya berkawan dengan baik. Tidak ada persoalan yang mendasari sehingga ada kesan Anas meninggalkan Andi Arief dan akhirnya timbul dendam pribadi seperti yang dikabarkan,” ucapnya.
Mubarok juga membantah adanya hutang budi Anas terhadap Andi. Menurut mantan Ketua Tim Sukses Anas ini, bergabungnya mantan Ketua Umum PBHMI itu ke Demokrat justru atas permintaan SBY yang kala itu meminta dicarikan kader-kader muda potensial untuk kelanjutan kaderisasi di Partai Demokrat yang waktu itu masih miskin kader. “Omongan itu sama sekali tidak benar,” tegasnya kepada Mimbar Politik.
Apapun bantahan Saan dan Mubarok, yang jelas konflik terbuka sempat terjadi antara kubu Anas dengan Andi Arief menjelang pelaksanaan kongres di Bandung yang lalu. Saat itu Andi yang mendukung Andi Mallarangeng mewacanakan soal bahaya HMI Connection bila Anas terpilih sebagai ketua umum. Tak hanya itu. Melalui organisasinya, Jaringan Nusantara, juga bergerilya menggembosi suara Anas di daerah-daerah. Bahkan ketika Andi Mallarangeng kalah dalam putaran pertama pemilihan ketua umum, Andi disebut-sebut sebagai pihak yang mengarahkan suara dukungan AM ke Marzuki Alie.
Inilah yang menimbulkan kebencian kubu pendukung Anas, terutama dari HMI Connection, terhadap Andi. Bahkan orang-orang Anas di markas Tim Sukses AU kala itu menyebut permusuhan Andi dengan Anas sebagai permusuhan lama yang tak mungkin dipersatukan.
Kiranya alasan inilah yang membuat kubu Anas enggan mengakomodasi orang-orang titipan Andi dalam kepengurusan DPP. Apalagi masih banyak titipan dari kubu lain yang juga tidak bisa mendapat tempat di DPP. “Kalau ada yang kecewa itu wajar, karena tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Tetapi tidak sampai menjadi faksi-faksi seperti partai lain. Saya yakin Demokrat akan tetap solid,” ujar Mubarok.
Namun, rasanya Mubarok juga tak bisa memungkiri bahwa potensi ancaman perpecahan itu terbuka lebar. Apalagi sejumlah pengurus DPP juga tengah terlibat kasus. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Jhony Allen Marbun tengah tersangkut kasus dana stimulus pembangunan dermada dan bandara di kawasan Indonesia Timur yang kini tengah menjalani pemeriksaan di KPK. Sedangkan Ketua Departemen Komunikasi dan Politik Andi Nurpati tengah menjadi sorotan public karena posisinya sebagai anggota KPU. Meskipun dia sudah mundur, namun potensi untuk dipermasalahkan cukup besar.
Kedua kasus ini bisa saja dimanfaatkan para lawan politik Anas. Sumber di lingkaran Cikeas malah menyebut kemungkinan besar SBY akan mengorbankan Jhony Allen Marbun. Selain karena kasusnya yang sudah semakin mengarah ke keterlibatannya, juga bertendensi mengurangi orang-orang Anas di posisi strategis kepengurusan DPP. “Sekarang SBY saja sudah tidak mau menyapa (Jhony Allen),” ujarnya.
Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Ibrahim Fahmi Badoh, memperkirakan kepengurusan Anas akan terganggu oleh kasus Jhony Allen bila tetap dipertahankan di jajaran pengurus. Pakar politik UI, Wawan Ichwanuddin, malah memperkirakan perseteruan antar faksi itu akan semakin tajam setelah lengsernya SBY nanti. “Selama SBY masih ada, konflik itu masih diredam, karena pengaruh SBY sebagai pendiri partai sangat besar,” ujar Wawan kepada Mimbar Politik di Jakarta, pekan lalu.
Meski demikian, kiranya Anas harus bersiap-siap menghadapi goyangan dari geng sakit hati yang nekad. Bila tidak, maka bisa jadi waktunya hanya habis untuk menghadapi ancaman-ancaman internal partai dan lingkaran SBY.