Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Friday, July 16, 2010

Wawan Ichwanuddin: Peta Faksi di Demokrat Sangat Dinamis

Faksionalisasi dalam sebuah partai politik sulit untuk dihindarkan. Meski para elit Partai Demokrat selalu membantah adanya faksi, namun kenyataannya persaingan antar kubu cukup kuat. Hanya saja, menurut pakar politik LIPI, Wawan Ichwanuddin, faksi-faksi di Demokrat tidak separah di partai lain. Berikut pandangan staf pengajar FISIP Universitas Indonesia ini ketika diwawancarai Mimbar Politik di kantor LIPI Jakarta, Jumat (2/7).

Pasca kongres di Bandung, faksionalisasi di Demokrat nampaknya makin besar. Bagaimana menurut Anda?
Kalau dari saya yang paling penting adalah melihat konteks faksionalisasi di dalam Demokrtat itu agak berbeda dengan partai lain.

Perbedaan bagaimana yang Anda maksudkan?
Kita harus ketahui sejarah pembentukan Demokrat itu tujuannya apa. Tujuannya adalah menjadikan SBY sebagai presiden pada 2004. SBY sebagai lokomotif utama partai Demokrat. Padahal kita ketahui Partai Demokrat itu tidak memiliki basis sistem oraganisasi kepartaian yang kuat. Demokrat hidup karena ketokohan yang dimiliki oleh SBY. Kalau boleh dibilang SBY adalah pemegang saham utama di Partai Demokrat. Itu konteksnya. Sehingga apabila muncul faksi-faksi dalam Demokrat, maka faksi-faksi itu adalah kekuatan-kekuatan yang lebih ingin mendekatkan diri atau merapat ke pemegang saham utama tadi yakni SBY. Inilah yang membedakan dengan partai-partai lain. Kalau di Golkar saya pikir tidak seperti itu.

Jadi, faksi itu benar-benar ada?
Iya, saya pikir faksi-faksi dalam Demokrat itu ada, tetapi dalam konteks mengamankan posisi untuk kepentingan Pemilu 2014, dimana pada saat itu SBY sudah tidak maju lagi menjadi Presiden. Dan hal itu harus sudah mulai dibangun sejak sekarang. Karena semua kader di Demokrat memiliki kans sama.

Bisa Anda jelaskan faksi-faksi apa saja itu?
Saya pikir petanya akan dinamis. Hanya saja kita bisa melihat ada tiga kekuatan yang memang sedang berkecamuk, meskipun keluar orang Demokrat selalu mengatakan tidak ada. Sebenarnya ada kekuatan Andi Malarangen, Anas Urbaningrum, dan Marzuki Alie. Tetapi dengan seiring jalannya waktu, saya pikir peta kekuatan ini tidak akan konstan. Tiga kekuatan ini bisa jadi akan menyusut menjadi dua besar atau mungkin tambah banyak, tergantung bagaiman mereka menangani konflik internal diantara mereka.

Bagaimana dengan keluarga Cikeas pasca lengsernya SBY nanti, apa mungkin jadi faksi tersendiri?
Bisa jadi. Akan ada faksi dari keluarga Bu Ani atau SBY, tetapi dari segi pengenalan ke publik itu kan masih kalah jauh jika dibandingkan dengan AU, AM atau MA. Nah, persoalan sekarang kan kita masih menunggu ke depan ini seperti apa. Faksi di Demokrat memang ada. Tetapi selama semua anggota Demokrat masih loyal kepada SBY, maka faksi ini tidak akan pernah muncul ke permukaan, sebagaimananya yang terjadi di partai-partai lain. Misalkan ada orang yang kecewa dengan Demokrat, kalau keluar dan membuat partai lain, tidak ada yang seperti itu. Kita lihat saja pada pemilu 2004, ada yang disingkirkan dari Demokrat, lalu keluar tetapi mereka tidak bisa membuat partai baru seperti yang terjadi di PDIP atau Golkar.

Apa karena mereka tidak punya basis massa?
Kalau dibandingkan dengan partai Golkar atau PDIP misalnya, Partai Demokrat ini baru yang akarnya belum kuat. Begitu pula ketokohan para pemimpinnya, kesejangannya masih sangat jauh dengan ketokohan seorang SBY. Beda dengan di Gokar misalnya, antara Prabowo dengan Wiranto atau dengan Yusuf Kala, mereka itu setara. Kalau di Demokrat, antara SBY dengan Marzuki Ali, atau Anas misalnya itu bedanya sangat jauh. Sehingga sulit bagi para kader Demokrat untuk keluar dan membentuk partai baru.