Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Wednesday, July 7, 2010

Api Dalam Sekam Setgab Koalisi

Saratnya kepentingan masing-masing parpol menjelang Pemilu 2014 kian sulit menyatukan anggota Sekretariat Gabungan (Setgab) koalisi. Dominasi Golkar bahkan bisa menjadi api dalam sekam Setgab koalisi.

by: Rovy Giovanie
Ketua Bidang Komunikasi dan Politik DPP PAN, Bima Arya Sugiarto, tertawa saat mendengar berbagai reaksi atas ide konfederasi parpol yang dilontarkannya. Apalagi reaksi keras justru muncul dari sejumlah parpol anggota Setgab Koalisi, termasuk Partai Golkar.
Entah kenapa pesan dibalik tawa salah seorang think thank DPP PAN ini. Yang jelas raut mukanya ketika berada di kantor Mimbar Politik, Sabtu (26/6) sore, nampak cerah. Sepertinya mantan pengamat politik dari Charta Politika ini puas dengan keberhasilan wacana tentang konfederasi itu dalam memancing opini publik. Apalagi sejumlah media ada yang mengaitkan gagasan konfederasi ini dengan kondisi Setgab yang tengah goyah. Ada juga yang mengarahkan ide PAN ini dengan upaya untuk menggantikan Setgab yang kini sudah dikuasai oleh Golkar.
Dalam sebuah diskusi sebelum bertandang ke kantor Mimbar Politik, Bima memang sedikit membandingkan gagasan konfederasi yang dilontarkannya itu dengan Setgab. “Kita jajaki wacana konfederasi atau penggabungan parpol yang jauh lebih permanen dan dengan aturan lebih tegas dari Setgab. Kan Setgab pun sampai sekarang belum jelas bagaimana aturan mainnya,” ujar Bima.
Inilah yang kemudian menimbulkan reaksi dari sejumlah parpol anggota koalisi. Tak kurang Partai Demokrat dan Partai Golkar langsung menolaknya. Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menganggap ide itu tak memiliki pijakan hukum. Tetapi ia menganggap wacana ini sah-sah saja dilakukan PAN sebagai strategi internal partai matahari biru itu sendiri.
Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, bereaksi lebih keras. Ia langsung mengaitkan gagasan konfederasi itu dengan Setgab. “Setgab tidak didesain menjadi embrio konfederasi parpol. Itu terlalu jauh. Waktu pertama muncul saja ributnya bukan main. Belum apa-apa setgab sudah dituding sebagai kartelisasi parpol," tegas Priyo di Jakarta, pekan lalu.
Dalam kunjungannya ke kantor Mimbar Politik, Sabtu (26/6) sore, Bima Arya pun menjelaskan, bahwa gagasan konfederasi dari PAN itu sama sekali bukan bertujuan untuk menggantikan Setgab. Ide itu sengaja digulirkan sebagai wacana dari PAN sebagai sebuah parpol yang independent. “Tidak ada kaitannya dengan upaya mengganti Setgab,” tegasnya.
Toh bantahan Bima tak menghilangkan rumor bahwa wacana itu sengaja digulirkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap Setgab yang terkesan didominasi Partai Golkar. Apalagi ide konfederasi digulirkan PAN hanya beberapa hari setelah terjadinya ‘ketegangan’ hubungan partai pimpinan Hatta Rajasa itu dengan Partai Golkar menyangkut isu Dana Aspirasi.
Ketegangan ini bermula ketika dalam sebuah diskusi, Ketua DPP Partai Golkar Yamin Tawari mengancam partainya akan keluar dari Setgab bila partai koalisi berbalik arah tidak menyetujui dana aspirasi. Meski ancaman ini kemudian dibantah Priyo Budi Santoso, namun Ketua DPP PAN Bara Hasibuan justru meminta Golkar angkat kaki dari Setgab Koalisi bila tetap ngotot dengan Dana Aspirasi. "Ini bisa menyebabkan koalisi pecah. Namun, untuk menjaga pemerintah bisa melayani rakyat, ada baiknya Golkar mundur dari koalisi," tukas Bara beberapa waktu lalu.
Pernyataan Bara ini memancing amarah petinggi Golkar. "Saya tidak tahu kenapa mengusir kami dari Setgab. Kami terkejut ada ekspresi yang agak berlebihan dari politisi PAN. Kami malah menghargai Demokrat, PDIP, Hanura, Gerindra tapi kok PAN berlebihan ngusir-ngusir kami," ujar Priyo kala itu.
Konflik dua parpol ini sampai memancing Presiden SBY angkat bicara. Ketua Umum Setgab Koalisi itu menyayangkan dengan aksi ancam-mengancam antara Golkar dan PAN. “Memang seringkali dalam politik itu begitu dinamis. Kalau sedikit-sedikit mengancam, menurut saya kurang matang cara berpolitik kita. Jangan mencampuradukkan koalisi dengan sistem yang berlaku di pemerintahan. Koalisi merupakan forum konsultasi dan koordinasi, bukan forum pengambilan keputusan.
Bukan forum pengambilan kebijakan dalam jalannya pemerintahan juga,” jelas SBY.
Konon sikap PAN yang belakangan semakin keras itu tak lepas dari kekecewaannya yang mendalam terhadap Setgab Koalisi. Kekecewaan pertama menyangkut penggusuran Hatta Rajasa dari posisi koordinator koalisi sebelum terbentuknya Setgab. Kekecewaan kedua masih terkait dengan penggusuran Hatta, yakni semakin terpinggirkannya PAN dalam konstelasi kekuatan di internal Setgab. Pasca penunjukan Ical sebagai ketua umum Setgab, PAN yang semula menjadi ‘anak emas’ SBY, kali ini justru tak dianggap lagi. Bahkan kini SBY malah lebih dekat dengan PKS yang selama Pansus Angket Century lalu nyata-nyata ‘berkhianat’ --bersama Partai Golkar—terhadap komitmen koalisi. Kekecewaan lebih parah adalah ketika Golkar yang merasa diatas angina –dengan ditunjuknya Ical sebagai Ketua Harian Setgab— ternyata mendominasi manuver politik di internal Setgab.
Dominasi Golkar ini tak hanya terjadi saat Golkar mengklaim bahwa Setgab telah menyepataki Dana Aspirasi. Sebelumya juga dilakukan ketika Sri Mulyani Indrawati lengser dari jabatan Menkeu, beberapa waktu lalu. Waktu itu sebagian besar kalangan memang mengaitkan pengunduran diri Sri Mulyani terjadi akibat tekanan politik.
Menariknya, entah keceplosan atau sengaja membeber perannya, Ical --dalam diskusi
Setgab Partai Koalisi yang dilaksanakan oleh Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) di Episentrum Kuningan, Jakarta, Kamis (24/6)—mengakui peran Setgab dibalik lengsernya Sri Mulyani. "Sekarang ini, partai-partai yang ada di Setgab sudah dapat menentukan arah pembangunan negeri ini. Salah satu contoh adalah pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani. Adanya pergantian Menteri Keuangan dimana Menkeu baru adalah orang yang mengerti sektor riil. Sedangkan, Menkeu lama adalah orang yang hanya mengerti sektor moneter," sebut Ical.
Pernyataan Ical ini seolah mengakui berbagai tudingan selama ini bahwa Golkar berada dibalik lengsernya Sri Mulyani. Kebetulan berselang hanya beberapa hari setelah itu kemudian terbentuk Setgab yang dipimpin Ical. Hatta Rajasa yang sebelumnya memimpin koalisi pun otomatis tersingkir.
Menurut pakar politik HIJ'D Insitute Suhendra Ratu Prawiranegara, realitas politik itu tersimpan sangat dalam di hati para politisi PAN. Apalagi sejumlah politisi Golkar dan Demokrat menganggap penggantian Hatta ini terjadi karena dia dianggap gagal mengorganisasi koalisi selama berlangsungnya Pansus Angket Century, beberapa waktu lalu.
Jadi, menurut Suhendra, semua manuver yang dilakukan PAN saat ini, termasuk gagasan konfederasi, merupakan dampak dari rasa sakit hati PAN. "Konfederasi parpol yang diwacanakan oleh PAN, dapat dikatakan sebagai bentuk kontra terhadap Golkar. Pertanyaannya adalah mengapa PAN tidak mewacanakan hal ini dari dulu? Mengapa wacana ini muncul setelah beberapa gagasan-gagasan dari Golkar mengemuka?,” tanya Suhendra.
Adanya anggota koalisi yang merasa tersakiti ini bisa menjadi benih-benih persaingan tak sehat diantara anggota Setgab. Bahkan sumber Mimbar Politik di sebuah parpol anggota Setgab tak percaya bila kekecewaan PAN bisa terobati. “Luka PAN sudah terlalu dalam. Apalagi sekarang SBY seolah melupakan jasa-jasa Hatta yang begitu besar ketika Pilpres yang lalu,” tegas sumber tadi.
Kekecewaan serupa nampaknya juga dirasakan sebgian anggota Setgab lainnya yang selama ini dikenal setia, seperti PKB, PPP dan bahkan Demokrat sendiri. Meski kekecewaan mereka tak sedalam yang dialami PAN, namun bila meledak bersamaan, maka bisa menjadi api dalam sekam dalam Setgab Koalisi. “Yang terjadi di Setgab itu sama sekali tidak logis. Bayangkan parpol yang selama ini menjadi pengkhianat seperti Golkar dan PKS malah mendapat tempat istimewa. Sementara mereka yang loyal malah terpinggirkan. Jadi, sebenarnya Setgab tidak akan pernah solid, malah sangat mungkin bisa bubar,” ujar sumber tadi.
Namun hal ini dibantah Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Batoegana. Menurutnya, tak ada indikasi sedikit pun Setgab mengalami perpecahan. “Kalau memakai entri pointnya dari kasus Bara Hasibuan mengusir Golkar keluar dari Setgab, itu konteksnya sangat pribadi. Dia bukan Ketua umum PAN. Jadi apa yang diutarakan Bara Hasibuan adalah atas nama dirinya sendiri, bukan kelompok Setgab,” tegas Batoegana kepada Mimbar Politik.
Politisi yang gaya bicaranya menggebu-gebu ini pun memastikan bahwa tidak ada barisan sakit hati dalam Setgab. “PAN, Demokrat, PPP, Golkar, PKS, dan PKB itu baik-baik saja. PAN tidak pernah merasa sakit hati karena posisi Ketua Harian Setgab diberikan kepada pak Ical. Begitu juga dengan anggota koalisi yang lain,” jelasnya.
Bima Arya mengamini ucapan Batoegana. Namun, politisi muda ini tak menampik bila PAN akan bersikap lebih kritis, meskipun ia menjamin bahwa partainya akan tetap mendukung pemerintahan SBY hingga akhir masa jabatan pada 2014 nanti. "PAN bukan partai sekoci PD. Kami tahu kapan melayani presiden dan kapan melayani konstituen," ujar Bima.
Belakangan ada selentingan bahwa PAN tidak mungkin berani berhadap-hadapan secara frontal melawan Golkar. Masalahnya bukan hanya karena kekuatannya tidak seimbang dan tidak mendapat dukungan dari anggota koalisi lainnya. Problem yang lebih serius adalah kelemahan PAN dengan legalitasnya sebagai parpol. Konon, kelompok sakit hati PAN yang selama ini menggugat legalitas partai pimpinan Hatta Rajasa itu sudah di ‘tangan’ Ical. Bila Hatta sampai berani mengacak-acak Golkar, maka bisa saja Ical akan memainkan ‘kartu’ kelemahan PAN. “Sekarang PAN bisa selamat kan karena Patrialis Akbar menjadi Menteri Hukum dan HAM,” ujar sebuah sumber kelompok sakit hati PAN.
Salah seorang pendiri PAN Hamid Husein memang berkali-kali mengungkap tidak sahnya hasil Munas PAN di Batam, beberapa waktu lalu. “AD/ART yang digunakan sampai sekarang itu dipalsukan. Hasil rekayasa bukan hasil Kongres April 2005,” kata Hamid, beberapa waktu lalu.
Para pengurus DPP PAN tentu membantah semua tudingan itu. Tetapi dalam persaingan politik apapun bisa terjadi. Yang pasti, bila semua masalah ini tak bisa diselesaikan, makakeutuhan Setgab akan selalu dalam bahaya.