Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Wednesday, July 7, 2010

Rebutan Rujuk Partai Kaum Bersarung

Para elit dua kubu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akhirnya resmi rujuk. Anehnya, tim yang rujuk kali ini berbeda dengan penggagas komite ishlah beberapa waktu lalu.

by: Rovy Giovanie
Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta, Senin (28/6) lalu, menjadi tempat ‘bersejarah’ bagi partai kaum nahdliyin, PKB. Para elit dua kubu partai yang selama ini berkonflik, kali ini nampak akur dan duduk bersama. Mereka tak hanya memperlihatkan keakrabannya, tetapi juga mendeklarasikan rekonsiliasi (islah)
Dari kubu PKB hasil MLB Parung hadir Anggota Dewan Syura KH Maman Imanulhaq dan Ketua DPP Muammir Mu’in Syam. Maman dan Muammir merupakan utusan resmi PKB Kalibata berdasarkan surat tugas yang dikeluarkan Dewan Syura pada 16 November 2009 ditandatangani almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selaku ketua umum dan Muhyidin Arubusman selaku sekretaris. Sedangkan kubu PKB hasil MLB Ancol yang bermarkas di Jalan Sukabumi, Jakarta, hadir Wakil Sekretaris Jenderal Helmy Faishal Zaini.
Tidak nampak hadir Ketua Umum PKB hasil MLB Ancol, Muhaimin Iskandar, maupun Sekjen PKB hasil MLB Parung, Yenny Wahid. Toh demikian, tak mengurangi semangat dan keyakinan mereka yang hadir akan menyatunya PKB. Dalam pernyataannya, Hilmy bahkan langsung memasang target untuk menjadi tiga besar parpol hasil Pemilu 2014 nanti pasca ishlah ini. "Kita ingin mengembalikan kekuatan PKB sebagai kekuatan ketiga seperti dalam Pemilu 1999," tegasnya.
Yang agak membingungkan, bahwa para deklarator islah kali ini sama sekali beda dengan Komite Islah yang telah dibentuk beberapa waktu lalu. Sebelumnya, 16 Mei 2010 lalu, tiga kubu partai kaum bersarung ini, yakni PKB Ancol diwakili Lukman Edy, PKB Parung diwakili Lalu Misbach dan PKNU diwakili Idham Cholied telah membentuk Komite Islah
Komite ini belakangan telah melakukan pendekatan ke pengurus kedua kubu PKB dan PKNU di daerah. Komite juga berupaya memperoleh dukungan dari para kiai dan pengurus NU. Di Jawa Timur, misalnya, ishlah telah dilakukan pada 10 Juni 2010 lalu. Selain Lukman Edy dan Hasan Aminuddin, Ketua DPW PKB Parung, saat itu juga hadir para kiai dan sesepuh NU seperti Kiai Muchith Muzadi, KH Miftahul Akhyar (PWNU Jatim), KH Zainuddin Djazuli, KH Nurul Huda Djazuli, KH Anwar Iskandar (ketiganya Dewan Syura PKNU Jatim), Hj Lily Chodidjah Wahid (Dewan Syura DPP PKB Ancol) dan KH Aziz Masyhuri (PP Denanyar Jombang).
Kala itu semua sepakat untuk segera memperluas langkah penyatuan PKB. "Saya bermimpi suatu saat nanti, partai-partai NU bisa bersatu lagi. Meskipun nanti saya sudah tidak ada, islah partai-partai NU akan terwujud," kata Deklarator PKB yang juga Mustasyar PBNU, KH Muchith Muzadi.
Nah, ketidakhadiran wakil Komite Islah dalam rekonsiliasi di kantor PBNU pekan lalu tentu saja menimbulkan tanda tanya, apakah deklarasi islah kali ini benar-benar atas kesepakatan semua pihak ataukah berjalan sendiri-sendiri?
Kesan adanya persaingan menjadi ‘pahlawan’ dalam rujuk memang sulit dihindari. Apalagi beberapa hari sebelum deklarasi islah dilakukan, kubu Yenny Wahid membantah kabar bahwa partainya bergabung ke PKB Muhaimin. "Berkaitan dengan pemberitaan di beberapa media yang menyebutkan bahwa Mbak Yenny Wahid gabung ke proses ishlah versi Cak Imin adalah tidak benar, kita menyesalkan seorang pejabat publik setingkat menteri tidak cermat dalam memberikan informasi ke publik dengan mencatut nama Mbak Yeni dan Pak Alwi Shihab," ujar Juru Bicara Yenny Wahid, Imron Rosyadi Hamid di Jakarta, pekan lalu.
Namun, kabar perebutan islah ini dibantah Helmy dan Muammir. Bagi mereka, semua langkah islah yang tengah berlangsung saat ini memiliki tujuan sama, yakni mempersatukan dan membesarkan PKB. "Jadi tidak perlu ada dikotomi antara kelompok A, kelompok B, atau kelompok C," kata Helmy yang juga Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu.
Lukman Edi sendiri tak menampik pernyataan seterunya di PKB Ancol itu. Meski Lukman menyebut tidak ada kaitan rekonsiliasi di kantor PBNU itu dengan Komite Islah, namun ia tetap mendukung langkah Helmy dan kawan-kawan. “Bagi saya, itu (rekonsiliasi PKB versi Helmi dkk) supporting agenda besar yang kita lakukan,” tandasnya.
Pernyataan Lukman mengesankan adanya ketidaklegowoan bila kepemimpinan rekonsiliasi PKB lepas dari Komite Islah. Ia meminta semua pihak yang melakukan upaya rekonsiliasi agar dilandasi keikhlasan dan kejujuran. “Tanpa itu, konstituen akan meninggalkan PKB,” pesannya.
Sejauh ini sebenarnya sudah ada kesamaan pandangan diantara semua kubu PKB dan juga PKNU tentang perlunya islah. Mereka sangat sadar bahwa tanpa langkah kebersamaan itu, PKB akan terancam hilang dari peta perpolitikan 2014 nanti. Masalahnya, menurut Lukman, masih ada perbedaan konsep islah yang akan diterapkan.
Ada dua arus besar penyatuan PKB yang kini berkembang. Arus pertama yang dimotori kubu PKB Muhaimin Iskandar menghendaki konsep islah secara alamiah. Ada juga yang menyebutnya sebagai konsep akuisisi. Pada konsep ini, pihak yang selama ini merasa berhak secara hukum atas PKB meminta pihak yang kalah memberikan pengakuan. Selanjutnya mereka diakomodasi dalam struktur baru PKB. Karena itu muktamar versi rekonsiliasi model ini tetap mengacu pada muktamar yang selama ini sudah dijalankan oleh PKB Ancol.
Sedangkan arus lainnya mengusung konsep merger. Ada juga yang menyebutknya dengan istilah Muktamar Akbar. Konsep ini menghendaki agar semua kubu yang berkonflik duduk dalam posisi setara, selanjutnya bersama-sama menggelar muktamar akbar untuk menyusun kepengurusan baru.
Konsep kedua inilah yang belakangan semakin mendapat dukungan, karena yang namanya islah harus dilandasi rasa ikhlas dan tanpa diembel-embeli kepentingan posisi atau jabatan. Bahkan rekonsiliasi versi Helmy yang dilakukan di kantor PBNU pekan lalu juga sudah mengarah pada konsep Muktamar Akbar. Setidaknya KH Maman Imanulhaq yang hadir dalam rekonsiliasi itu mewakili PKB Parung mengungkapkan rencana yang disebutnya ‘Muktamar Persatuan’. Ia mengharapkan muktamar ini sudah bisa dilangsungkan September 2010. "Karena Gus Dur sebelum meninggal pernah mengatakan bulan September itu ada yang positif untuk kami," ujar Maman.
Peneliti Senior Indo Barometer Abdul Hakim berpendapat, perdamaian di tubuh PKB adalah suatu keharusan. Jika tidak, maka PKB dipastikan akan semakin gembos bahkan bukan tidak mungkin kehilangan kursi di DPR karena tidak lolos parliamentary treshold (PT). Oleh karena itu, yang dibutuhkan oleh PKB saat ini bukanlah siapa paling berjasa dalam rekonsiliasi, melainkan harus ada kesadaran dan sikap legowo di antara elit-elit PKB untuk menyelamatkan partai yang terancam karam ini. "Baik Cak Imin maupun Lukman Edy harus melepas egonya masing-masing, islah dalam arti yang sesungguhnya tidak akan terjadi kalau keduanya jalan sendiri-sendiri," menurut Abdul Hakim.
Selama upaya perdamaian antara kubu islah dan rekonsiliasi berjalan sendiri-sendiri, Abdul Hakim meyakini perdamaian di tubuh PKB tidak akan terwujud. Yang akan terjadi adalah penyingkiran kubu yang satu oleh kubu lainnya.
Dalam pengamatan Abdul Hakim, para kader PKB nantinya akan dipaksa memilih untuk berdamai dengan cara Komite Islah PKB atau Rekonsiliasi PKB. Dan pada akhirnya sejarah konflik akan terus berulang. "Pada akhirnya persaingan memperebutkan predikan Sang Juru Damai PKB ini melahirkan konflik baru. Kader akan dihadapkan pada dua pilihan ikut Komite Islah atau Kelompok Rekonsiliasi," ujar Abdul Hakim.
Sementara itu Pengamat Politik The Indonesian Institute Rohim Ghazali menilai, upaya penyelamatan partai dengan penyelamatan gerbong sangatlah sulit dibedakan. Rohim melihat, perdamaian PKB adalah sebuah keniscayaan, tapi persoalannya PKB diburu oleh waktu. Konsep islah alamiah yang ditawarkan kubu Muhaimin menurutnya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Sementara tidak semua kader, khususnya yang berseberangan bisa bersabar menapaki jalan islah alamiah.
Di sisi lain, konsep Muktamar Akbar yang ditawarkan kubu M Lukman Edy adalah jalan pintas untuk bersatu. Namun permasalahannya alih-alih melahirkan perdamaian, Muktamar Akbar justru bisa melahirkan perpecahan. Kubu yang kalah dalam Muktamar Akbar bisa menggelar muktamar tandingan atau semacamnya. "Kalau tidak ada kedewasaan politik, kebesaran hati para elitnya, cara apapun yang dipakai tetap akan melahirkan konflik baru. Sekarang dikembalikan kepada PKB kembali, mau eksis atau hancur," ujar Rohim.
Rohim khawatir, elit-elit PKB saat ini terlena dengan lebel PKB sebagai partai warga NU. Padahal pada kenyataannya mayoritas warganya tidak memilih PKB lagi pada saat pemilu. Suara warga NU tersalurkan ke Partai Demokrat, Partai Golkar dan PDIP.
Toh demikian, para penggagas islah tetap berkeyakinan PKB dalam waktu tak lama lagi akan bersatu. Menurut Ketua Komite Islah Jatim Hasan Aminuddin, islah tidak akan mencederai kepentingan siapapun, sehingga tidak ada alasan menolaknya. "Seluruh anggota DPR RI, DPRD provinsi dan kabupaten/kota, termasuk pejabat pemerintah yang berasal dari PKB maupun PKNU tidak akan diberhentikan, direcall atau diresufle karena menyepakati islah," kata Hasan.
Melihat fakta politik yang ada saat ini, menurut Hasan, yang juga Bupati Probolinggo ini, islah di rumah politik NU atau PKB adalah harga mati. Tokoh-tokoh NU harus menyatukan barisan untuk mengembalikan kejayaan partai berbasis NU di masa-masa mendatang."Akibat konflik berkepanjangan, suara PKB terus menurun. Pemilu 1999 PKB meraih 12,61 persen, pemilu 2004 turun menjadi 10,57 persen dan lebih parah pada 2009 PKB hanya memperoleh 4,94 persen atau 5.146.122 suara. Saya tidak tahu pada Pemilu 2014, suara PKB menurun menjadi berapa lagi," katanya.
Di tataran arus bawah, kesadaran demikian nampaknya sudah tertatam cukup besar. Masalahnya tinggal di tingkat elit PKB, apakah mereka tega PKB akhirnya mati demi harga diri ataukah mau melepas ego demi kelangsungan partai kaum nahdliyin ini.




Hak Istimewa untuk Keluarga Gus Dur?

Siapapun tahu bahwa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) identik dengan almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ketika PKB sedang terpecah belah pun nama Gus Dur masih diusung masing-masing kubu yang bertikai.
Cucu pendiri NU itu memang bukan hanya pendiri, tetapi juga ikon partai kaum bersarung ini. Meskipun keharuman nama mantan Ketua Umum PBNU ini sempat ‘tercemar’ lantaran kotornya persaingan, namun hingga detik ini nama mantan Presiden RI ini masih menjadi yang terbesar di PKB, bahkan dalam NU sekalipun.
Mungkin atas pertimbangan ini, Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, berpesan agar kedua kubu tidak meninggalkan keluarga Gus Dur dalam kepengurusan pascadilaksanakan muktamar besar PKB nantinya. “PKB adalah warisan Gus Dur. Selain itu, bukan islah itu namanya kalau ada agenda gusur-menggusur. Saya minta segera mengadakan muktamar akbar PKB dan siap menyongsong pemilu 2014," tegas Said Aqil saat menghadiri Harlah NU ke-87 di kantor PWNU Jatim, Selasa (29/6).
Salah seorang putri Gus Dur, Yenny Wahid, kini mengomandani PKB hasil MLB Parung. Meski hanya memasang jabatannya sebagai Sekjen, namun Yenny kini menjadi ikon kubu yang berseberangan dengan Muhaimin Iskandar.
Sejauh ini Yenny sendiri belum pernah nampak aktif dalam upaya rekonsiliasai. Meskipun sudah mulai bersedia melakukan komunikasi dengan Muhaimin, namun belum tercapai kesepatan apapun. Mantan Staf Khusus Presiden SBY ini cenderung pasif. "Saling kontak dengan ketua umum sudah tapi masih pasif dan belum ada keputusan apapun," ujar Ketua DPP PKB kubu Ancol Bahruddin Nashori di Jakarta, Sabtu (26/6).
PBNU berjanji akan terus memonitor perkembangan islah itu. Disini peran PBNU hanya bersifat sebagai fasilitator pertemuan kedua kubu PKB dan PKNU, tapi tidak ingin ikut mengatur mekanisme islah secara teknis. "Sangat berbahaya jika konflik PKB terus berlanjut. Semua akhirnya telah sadar ingin menyatu kembali. Pertemuan rekonsiliasi kedua kubu PKB (Parung dan Ancol) dan PKNU kemarin di kantor PBNU, karena memang kami ingin memayungi semua pihak," katanya.
Meski begitu, Said Aqil menegaskan posisi NU tetap netral dan tak berpolitik praktis. "NU itu kan ada dimana-mana, tidak hanya di PKB," pungkasnya.