Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Sunday, January 31, 2010

‘Tak Ada Kontrak Beri Jabatan Tim Sukses’

Di tengah maraknya aksi menggoyang presiden, terbersit kabar adanya keterlibatan orang-orang dalam pemerintah. Sumber Mimbar Politik yang kini aktif memimpin sebuah badan pemerintah malah mengaku ikut membiayai demo menuntut lengsernya Presiden, 28 Januari 2010. Apa sebenarnya yang terjadi di lingkaran dekat SBY? Untuk mengoreknya, wartawan Mimbar Politik, Petrus Dabu, mewawancarai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial, Mayjen TNI (Purn) Sardan Marbun, di kantornya, Jl Veteran No.2 – Jakarta Pusat, Senin (25/1). Berikut kutipannya.

Bagaimana komentar Anda terkait penilaian SBY gagal?
Kita menerima SMS dan PO BOX pada hakikatnya malah tidak pernah menggubris soal century. Kalau yang bergerak di lapangan itu kalau menilai itu-itu saja orangnya. Mengenai pernyataan gagal, ya kita lihat, dia mengatakan gagal itu apa faktaya. Selain orang-orangnya itu-itu saja, faktanya apa? Dalam program seratus hari kita sebagian besar dapat dilakukan. Bahkan kalau baca koran-koran sekian persen-sekian persen. Dan itu pun tidak dapat dikatakan sebagai tolok ukur, sejauh ini sepengetahuan saya, bukan karena saya pejabat di staf khusus, dibandingkan KIB sebelumnya sekarang lebih bagus.
Jangan terpengaruh perkataan orang-orang (yang mengatakan gagal). Saya tidak berani mengatakan siapa orang-orangitu. Tetapi mereka ya itu-itu saja, termasuk nanti tanggal 28 Januari.

Siapa mereka yang Anda maksudkan?
Tidak perlu mengidentifikikasi ya siapa internal atau siapa itu. Yang penting kita ambil general, rakyat senang atau tidak dengan pembangunan itu. Itu yang mau kita lakukan. Ada juga yang internal ada juga yang koalisi, misalnya. Dia senang tetapi belum tentu rakyat senang. Yang kita pilih kesenangan rakyat. Kalau rakyat menolak, ya itu yang menjadi perhatian kita. Kalau seandainya orang ada yang melihat internal koalisi yang nggak senang berarti itu kita klasifikasikan bahwa itu kemauan dia sendiri.

Jadi benar ada orang internal Ring-1 yang ikut bermain?
Itu yang mau saya katakan tadi. Nggak perlu capek ngurusin itu. Yang perlu kita urusin apakah pembangunan ini mencapai atau tidak sesuai kepentingan rakyat banyak? Kalau rakyat banyak sudah terpenuhi, lalu ada satu dua yang tidak sesui, maka siapa pun dia berarti kepentingan pribadi, bukan kepentingan 230 juta rakyat Indonesia. Saya nggak mau melihat itu. Kalau kita urusi satu per satu yang intriknya beda akan capek. Habis energi kita. Kalau pun ada (orang internal Ring-1), nggak perlu didengar. Saya tidak mengikuti hal-hal seperti itu. Yang penting, kita fokus untuk kepentingan rakyat, bukan kelompok.

Bagaimana Anda menilai teman-teman Anda di Ring-1 dalam 100 hari pemerintah saat ini?
Bagus. Kalau dari staf sesuai dengan kemampuannya masing-masing, mendukung sekali program 100 hari. Tinggal mungkin karena keterbatasan orangnya ya memang segitu ya mau bilang apa. Tapi saya tidak meragukan soal dukungan (kepada Presiden), soal good will.

Bagaimana dengan isu adanya orang dalam yang mengganggu dari belakang?
Nggak ada. Apa lagi itu? Kalau namanya menganggu atau menolak, saya tidak melihat itu. Kalau pun ada (yang mengganggu) ya sebatas kemampuan.

Faktanya ada orang dalam pemerintahan yang mengaku ikut membiayayi demo?
Sejauh saya ketahui, sekarang ini katakanlah menteri KIB II dan staf khusus, saya katakan tidak ada yang mengganggu. Semua berusaha mendukung dan mensukseskan program seratus hari.

Tidak ada yang main dua kaki?
Ngak, Nggak ada itu.

Bukankah kita tidak bisa menutup mata bahwa banyak mantan tim sukses SBY yang kecewa karena tidak dapat jabatan?
Saya nggak dengar yang begitu-begituan. Sekali lagi, kita tidak perlu menghabiskan energi untuk memikirkan yang begitu, karena memang tidak ada kontrak bahwa semua tim sukses semua harus diwadahi (diberi jabatan). Yang ada justru konsensus bagaimana kita mengabdi kepada bangsa dan negara. Saya kira Presiden dalam menyusun kabinet lebih mengutamakan kompetensi dan faktor-faktor lain sesuai hak prerogratif presiden.
Kalaupun ada tim sukses yang begitu (kecewa), saya kira sudah keliru cara berpikirnya. Bukan negara dan bangsa yang dipikirkan, tetapi diri sendiri. Apalagi kalau dia tidak ada apa-apanya, atau kemampuannya jauh dari persyaratan, saya kira tidak pantas kecewa. Sangat banyak pertimbangan presiden yang mempunyai hak prerogatif.

Lantas bagaimana dengan mereka yang kecewa?
Itu tadi, jangan kita kecewa. Kita membantu harus ikhlas. Jangan mengatakan ikhlas tetapi ternyata tidak ikhlas. Negara bisa rusak kalau begini. Itu lebih jahat daripada orang yang berterus terang. Itu bermian di belakang layar. Dan orang semacam itu mungkin secara kemampuan oke, tetapi mentalitasnya sulit dipertanggungjawabkan.

Bisa jadi musuh dalam selimut?
Tidak ada. Orang transparan kok. Semuanya jelas. Saya bisa memastikan kalau itu solid. Ya 100 % mungkin tidak, tapi kalau soal adanya yang menghambat, saya nggak lihat.

Kalau tidak 100 persen berarti ada yang bermasalah?
Yang bisa memastikan 100 % itu hanya Tuhan. Itu maksudnya. Sebagai manusia sejauh ini saya tidak melihat fakta (internal) yang menghambat.

Tetapi rumor menyebutkan adanya orang dalam pemerintah yang memanfaatkan panasnya suhu politik akibat kasus Century untuk meningkatkan posisi tawarnya?
Oh, saya nggak melihat. Begini ya, dalam soal Century, Presiden sudah mengatakan jangan mengkriminalisasi kebijakan. Setiap pejabat itu mempunyai hak untuk membuat suatu kebijakan, dan kebijakan itu tentunya bukan dilakukan oleh orang per orangan, tetapi oleh organisasi. Jadi positif tujuannya. Tetapi kalau dalam implementasinya ada yang keliru, itu yang diporses. Tetapi memang ada kelompok-kelompok yang memanfatkan kondisi ini. Itu yang saya katakan kelompok itu-itu saja. Mereka yang tidak kesampaian, ataupun orang-orang yang mencari polularitas.
Anda sendiri puas dengan jabatan sekarang?
Harus puas lah. Mengapa tidak. Tidak ada kekecewaan. Saya masih bisa mengerjakan sesuatu. Tolok ukurnya jangan kita menilai diri sendiri. Kalau Bapak Presiden sudah menunjuk, berarti kita sudah dinilai orang lain, itu lah yang bisa kita lakukan. Kalau kita menilai sendiri wah.. kurang..tidak ..

Ada yang mengatakan bahwa salah satu pertimbangan dalam memilih Wantipres yang dilantik kemarin adalah untuk meredam kelompok sakit hati yang mulai menyerang Presiden?
Penilaian untuk mengangkat Wantipres hak prerogatif presiden. Beliau menilai dari segala hal. Pertama kompetensinya, penilaian masyarakat, penilaian orang luar. Seperti Ibu Siti Fadilah, kritiknya sejauh itu membangun ya justru itu yang kita harapkan. Jadi, pengangkatan beliau tidak ada kaitannya dengan upaya untuk membungkam. Nasihat-nasihat beliau sangat diharapkan, karena sudah berpengalaman lima tahun lalu.