Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Thursday, January 21, 2010

Gerilya Pasukan Pengaman Presiden

Oleh: Rovy Giovanie
Presiden SBY kali ini lebih tenang. Bila saat menghadapi demo 9 Desember 2009 lalu sempat panik, kali ini Presiden belum sedikit pun menampakkan keresahan terhadap bemo besar-besaran yang akan mengguncang Jakarta 28 Januari 2001 nanti. Padahal isu yang diusung kali ini jauh lebih radikal, yakni pelengseran presiden. Ada apakah?

Ketenangan Presiden ini nampaknya tak lepas dari kesiapan pasukannya melakukan upaya peredaman. Menurut sumber Mimbar Politik, pasukan Ring-1 Istana diam-diam sudah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi aksi yang berpotensi rusuh ini. Staf Khusus Presiden, Andi Arif dan Velix Wangai, misalnya, selama beberapa pekan terakhir sibuk melakukan gerilya untuk meredam aksi. Konon kedua mantan aktivis mahasiswa ini telah berhasil ‘membungkam’ induk-induk organisasi mahasiswa seperti HMI, PMII, GMNI, PMKRI, dan sejenisnya. Upaya ini sudah dilakukan jauh hari setelah kecolongan dalam kasus Aksi 9 Desember 2009, termasuk deal dengan para petinggi organisasi mahasiswa itu. “Makanya mereka sangat yakin kalau demo nanti mungkin besar. Mereka nggak mau mengulangi kesalahan seperti kasus 9 Desember 2009 lalu,” ujar sumber Mimbar Politik di kalangan dekat Istana, Rabu (20/1).
Selain itu, aksi penyusupan sudah pasti dilakukan di hampir semua kelompok aksi. Tujuannya bukan untuk mengacaukan, melainkan justru meredam agar arah gerakan tidak sampai membahayakan Presiden. “Tetapi langkah antisipasi sudah tentu juga dipersiapkan, termasuk kemungkinan terjadinya tindakan anarkis,” sambungnya.
Sedangkan untuk show of force, demo tandingan nampaknya juga menjadi salah satu pilihan. Mantan Staf Khusus Presiden yang hingga kini masih dekat dengan SBY, Mayjen (Purn) Djali Yusuf, kabarnya mendapat tugas khusus untuk menangani hal ini. Komite Nasional Masyarakat Indonesia (KNMI) yang dibentuknya, beberapa waktu lalu, kabarnya siap bergerak. Organisasi yang beranggotakan sekitar 79 elemen aksi ini bahkan bertekad menghadang siapapun yang berniat menjatuhkan pemerintahan SBY-Boediono. "Kami menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk dapat menjaga soliditas bangsa dan mengingatkan kepada tangan-tangan agitator yang menari siang malam untuk berhenti menbar fitnah, caci maki dan adu domba. Jangan coba-coba mengoyak stabilitas nasional yang kondusif sehingga mengganggu dan merobohkan roda perekonomian di tengah krisis global yang belum pulih ini,” kata Djali Yusuf, beberapa waktu lalu.
Namun, politisi Partai Demokrat, Yahya Sacawirya berkeyakinan bahwa counter aksi semacam itu tak diperlukan. Ia berkeyakinan bahwa aksi pendongkelan Presiden tak akan mendapat dukungan rakyat, karena misi yang diusung merupakan kepentingan segelintir orang saja. “Kalau mereka merepresentasikan rakyat, maka rakyat yang mana. Buktinya SBY-Boediono merupakan presiden yang dipilih langsung oleh rakyat,” tegasnya.
Tetapi bila dibutuhkan, menurut politisi berlatar belakang militer ini, Demokrat pun mampu mengerahkan massa berjumlah sangat besar dalam waktu singkat. “Kami tahu cara melawan massa dengan massa. Tapi kami tak akan melakukan itu,” tegasnya.
Tetapi tentunya upaya perlawanan pihak Istana ini sangat tergantung pada situasi di lapangan. Bila perkembangan tak memungkinkan, jangankan hanya mengerahkan massa, pasukan pun bisa jadi diterjunkan. Apalagi sejauh ini militer kita masih solid berada di belakang presiden.