Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Sunday, January 31, 2010

‘Saya Terdepak Setelah SBY Pilih Boediono’

Senyum mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, mengembang saat berjabat tangan dengan Presiden SBY seusai pelantikannya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Dia dilantik bersama delapan anggota Wantimpres lainnya, di Istana Negara, Senin (25/1). Mereka antara lain Emil Salim, KH Ma'ruf Amin, Meutia Hatta, Ginanjar Kartasasmita, Widodo AS, Nur Hassan Wirajuda, Jimly Asshiddiqie, dan Ryaas Rasyid. Dalam perbincangannya dengan Mimbar Politik, Siti Fadilah mengaku terkejut dengan penunjukan dirinya. Pasalnya, pada saat penyusunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II yang lalu dirinya dijegal, meskipun sempat mendapat panggilan tes oleh SBY. Menurut Siti Fadilah, Wapres Boediono lah penyebab pendepakan dirinya dari kabinet, karena sikap dan kebijakannya yang selama ini anti neolib.
Selepas dari kabinet, wanita ramah ini kian vokal menyuarakan aspirasi rakyat. Sikap ini mengundang simpati para politisi dan tokoh masyarakat. Pada awal-awal pembentukan Pansus Angket Century DPR RI, Tim 9 Pansus bahkan menjadikannya sebagai target tokoh yang disambanginya. Dan seiring dengan memanasnya suhu politik tanah air, kediamannya di Komplek Perumahan Billy & Moon, Pondok Kelapa, Kalimalang Blok Q4 No.12 itu kerap disambangi para aktivis anti SBY. Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia (GMPI), beberapa waktu lalu bahkan menobatkannya sebagai salah satu calon presiden pengganti SBY.
Bagaimana sebenarnya pandangan satu-satunya anggota baru Wantimpres ini terhadap pemerintahan SBY-Boediono? Apakah dia sakit hati lantaran terdepak dari kabinet? Berikut wawancara khusus wartawan Mimbar Politik, Alfonsius Takota, dengan Siti Fadilah Supari di kediamannya, Sabtu (23/1) siang.

Pemerintahan SBY-Boediono sekarang memasuki 100 hari. Apa komentar yang ingin Anda sampaikan?
Kalau saya melihat running text di televisi, Pak Hatta Rajasa mengatakan bahwa kinerja 100 hari pemeintahan SBY sudah hampir mencapai 100%. Namun pendapat Hatta tersebut kelihatan sangat kontradiktif dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat awan justru melihat bahwa kinerja KIB II pada umumnya jauh dari harapan. Sebenarnya bagi masyarakat belum ada gebrakan nyata dan menyentuh kehidupan masyarakat kecil. Namun selama ini tidak pernah terekspose karena didominasi oleh Pansus Century, sehingga masyarakat tidak melihat kemajuan apa yang menjadi gebrakan dari Pemerintahan SBY. Saya melihat gebrakan yang agak simpati adalah Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhamad. Dia menggratiskan retribusi nelayan. Ini langsung menyentuh kebutuhan masyarakat kecil. Mestinya program-program seperti itu yang digalakkan. Bukan malah didominasi proyek-proyek mercusuar dan menguntungkan orang asing, seperti membuka rumah sakit asing, dibukanya pasar bebas dengan China dan sebagainaya.

Bukankah hal ini tak lepas dari komposisi KIB II. Bagaimana Anda menilai kabinet sekarang?
Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid kedua ini rada aneh menurut saya. Karena jauh dari tradisi yang biasa terjadi. Misalnya tidak ada unsur Muhammadiyah, bahkan NU. Walaupun didalamnya ada orang Muhammadiah dan NU, tetapi bukan unsur dari Muhammadiyah dan unsur NU sebagai organisasi. Kedua, unsur TNI juga hilang dari posisi menteri. Kepala BIN yang sepanjang masa itu seharusnya dipegang oleh TNI ternyata sekarang dijabat polisi, sehingga menimbulkan ketidakharmonisan antara polisi dan BIN. Ketidakharmonisan ini sudah menjadi rahasia umum.

Sepengetahuan Anda, mengapa ini bisa terjadi?
Seharusnya tanyakan kepada SBY. Saya hanya melihat sejarah saja, bahwa sejak negara ini dibentuk, kabinet dipemerintahan selalu ada wakil di kabinet yang berasal dari tiga unsur itu, yakni kekuatan dari Muhammadiyah, NU dan TNI. Ini sesuatu yang sudah menjadi tradisi. Dari presiden ke presiden tiga unsur ini selalu ada. Kementrian agama biasanya dari unsur NU atau Muhamadiyah, tetapi yang terjadi sekarang dari pantai. Kemudian ada lagi Mendagri biasanya dari TNI sekarang tidak lagi. Di KIB II, TNI benar-benar tidak mendapat tempat sama sekali.

Apakah benar komposisi KIB II itu karena pesanan asing?
Saya melihat ada arah kesana. Atau memang karena ada desakan yang begitu kuat dari Pak Boediono. Semuanya bisa saja terjadi.

Apakah masih ada lagi menteri yang menurut Anda seperti Fadel?
Sebetulnya Fadel itu tidak tepat di posisinya. Dia lebih tepat di Bappenas, karena dia menunjukan keberpihakannya kepada rakyat. Selain Fadel saya tidak tahu.

Bagaimana dengan Menkes yang menggantikan Anda?
Seharusnya tanya langsung kepada rakyat. Bagaimana kinerja Menkes menyentuh rakyat kecil atau tidak? Karena untuk menyentuh ke kehidupan rakyat kecil bukan otak atau kepintaran yang dipakai, tetapi hati. Dan hati tidak bisa dipaksakan. Saya belum melihat program-program rill yang dilakukan oleh Menkes sekarang yang menyentuh langsung kehidupan rakyat banyak. Program yang sangat menonjol adalah pemberian obat filaria atau filarialisasi kepada masyarakat. Dimana tiba-tiba terjadi endemi filarialisasi di 380 kabupaten/kota. Data ini dari mana? Sepertinya tidak pernah dilakukan penelitian terlebih dahulu.
Katanya program itu dari WHO yang membersihakan filarisasi di dunia termasuk Indonesia. Namun pelaksanaannya kurang bijak atau kurang etis. Dari proyek ini, 9 orang meninggal karena mengkonsumsi obat-obat tersebut. Namun ketika dikomplain, pemerintah mengelak, bahwa kematian itu bukan karena obat yang dikonsumsi. Jadi, ini satu-satunya program yang menyentuh masyarakat, tapi hasilnya 9 orang meninggal karena obat-obat vaksin filarialisasi.

Mengapa ini bisa terjadi?
Artinya pemerintah, dalam hal ini mentri kesehatan, harus melakukan pengobatan masal itu dengan prosedur yang betul. Pelaksanaannya jelas. Kalau ada program WHO, tidak harus selalu diaplikasikan. Kita lihat dulu. Karena program WHO tidak selalu benar dan menguntungkan rakyat. Kalau WHO memuji kita, maka kita harus hati-hati, karena ada maunya. Pasti ada udang dibalik batu. Jadi jangan senang di puji orang asing. Kerjakan untuk kesejahteraan masyarakat kita. Rakyat kita adalah yang nomor satu, jangan mengharapkan pujian.

Anda termasuk salah seorang yang ikut aktif dalam Tim Sukses SBY pada Pilpres lalu. Tetapi ternyata Anda tidak dipertahankan di kabinet. Mengapa ini bisa terjadi?
Memilih menteri kan hak prerogatif presiden. Tetapi presiden memperoleh hak prerogatif itu atas mandat rakyat. Jadi, tanpa mandat dari rakyat dia tidak akan mendapatkan hak itu. Maka, hak prerogatif harus juga menjadi hak prerogatifnya rakyat. Karena itu dalam menjalankan haknya, dia juga harus melihat kemauan rakyat. Tetapi sudahlah itu adalah kemauan presiden. Tetapi ketika saya didepak sebenarnya sudah saya menduga, sejak SBY memilih Boediono, dimana masyarakat menyebut dia sebagai orang yang neolib. Ada tiga hal yang pasti ada dalam konsep neoliberal. Pertama ada privatisasi. Kedua, penghilangan subsidi dan aktifnya pasar bebas. Makanya sejak beliau memilih Boediono, saya sudah tahu bahwa saya pasti didepak dari kabinet, karena program-program kesehatan yang saya canangkan waktu itu memang melawan arus.

Jadi, Anda kecewa?
Bagi saya, menjadi mentri atau tidak bukan masalah. Sebetulnya saya sudah dipanggil untuk tes pada hari pertama, tetapi hal itu tidak dilakukan oleh presiden. Dan saya langsung menduga, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Dan ternyata benar dugaan saya. Saya tidak dipanggil.
Belakangan saya diminta untuk ketemu Hatta Rajasa yang disuruh resmi oleh SBY. Katanya presiden sudah berusaha keras untuk mempertahankan saya menjadi Menkes tetapi resistensi sangat kuat. Resistensi dari luar negeri.

Apakah ini ada kaitannya dengan kebijakan-kebijakan Anda selama ini?
Saya pikir demikian. Karena di mata orang asing, saya ini pembangkan. Tetapi saya benar di mata rakyat. Saya membela rakyat saya. Ketika Anda membela rakyat kecil, maka akan dikatakan orang kampungan, tidak kondusif. Kalau Anda mempertahankan negara sebagai negara yang berdaulat, maka Anda akan dikatakan sebagai orang yang tidak kondusif, tidak kooperatif dan pembangkang. Tetapi kalau Anda mau diinjak kepalanya oleh orang asing, maka Anda akan dikatakan sebagai orang pintar, orang hebat, orang luar biasa, dan lain-lain.

Jadi, SBY waktu itu tidak bicara langsung dengan Anda?
Tidak pernah. Tetapi sudah dilakukan melalui Hatta Rajasa.

Tetapi sekarang kan Anda diminta Presiden untuk duduk sebagai Wantimpres?
Iya. Saya sebenarnya kaget sekali dengan hal itu. Sebenarnya sudah diminta sejak tanggal 18 Oktober 2009 sebelum mereka memanggil Menkes yang sekarang, sebelum pengumuman kabinet. Melalui Hatta, SBY meminta saya untuk menjadi Wantipres. Tetapi mengapa presiden sampai meminta saya untuk menjadi anggota Wantipres, padahal presiden sendiri mengetahui sikap saya yang tidak sejalan dengan beliau. Saya sangat anti neolib.
Tadinya saya pikir saya tidak di beritahu lagi (saat pelantikan). Tetapi kemudian saya di telepon lagi. Untuk saya tidak menjadi masalah. Saya diberi ksempatan untuk memberikan masukan-masukan ke presiden. Saya sudah menerima posisi itu. Tetapi belum mau bekerja.

Menurut Anda, apa alasan Presiden memberi posisi Wantimpres. Apakah untuk membungkam?
Saya tidak tahu itu. Saya sangat surprise bahwa presiden mempercayai saya sebagai Wantipres. Padahal presiden sangat paham siapa saya. SBY sangat mengerti tentang saya. Ini ada yang aneh. Dan dia mempercayai saya sebagai pendampingnya itu adalah suatu hal yang sangat luar biasa. Ya, mudah-mudahan apa yang saya lakukan dapat membawa perbaikan bagi rakyat Indonesia. Itu adalah harapan dari saya.