Traffic

CPX

PTP

DOWNLOAD KOLEKSI FILM KAMI

Wednesday, August 4, 2010

Ahmad Mubarok: Lawan Politik SBY Memanfaatkan Situasi

Saya kira Presiden masih terganggu (kasus Century). Bukan oleh masalah Century-nya, tetapi oleh karakter dan watak elit kita yang senang merepon apapun yang bisa dijadikan tembakan ke pemerintahan. Jadi, semua (lawan politik SBY) berusaha memanfaatkan. Bayangkan pada tahun pertama pemeritahan SBY kedua ini, orang sudah berpikir tahun 2014. Ini kan kan konyol sekali. Kalau mau bandingkan, itu Turki. Saya baru pulang dari Turki. Disana sekarang ada kesadaran jati diri nasional setelah begitu lama dilecehkan oleh Eropa. Mereka andalkan jati diri nasional. Pengusaha dan elit politik berhimpun dan membuat komitmen untuk membantu pemerintah. Jadi pengusaha dan pemerintah bersatu, bukannya mengobok-obok pemerintahan.
Meski diganggu terus, tapi rakyat akan tetap mendukung pemerntahan SBY. Gangguan itu kan sudah rutin. Kalau diganggu terus, nanti suatu saat masyarakat akan bosan melihat kritikan. Tidak ada pikiran lain, apakah elit politik itu mau ganti presiden di tengah jalan? Kan nggak mungkin.


Refly Harun: SBY Beda dengan Gus Dur dan Soeharto

Yang menjadi masalah di jaman terbuka bahwa setiap orang bisa menyampaikan aspirasi yang sebelumnya belum pernah bisa dilakukan. Ini seolah-olah menjadi masalah sekarang ini, namun bukan berarti kepemimpinan Presiden SBY tidak berwibawa sehingga bisa diperlakukan seenaknya. Artinya, kelembagaan kepresidenan itu bukan satu-astunya kekuasaan, tapi pusat kekuasaan dan tidak ada kekuasaan yang dapat memonopoli penguasaan tersebut. Jadi menurut saya, tidak baik berspekulasi berlebihan terhadap seorang pemimpin negara. Secara pribadi saya yakin itu tidak akan terjadi (SBY lengser sebelum akhir masa jabatan).
Ada dua kemungkinan pemerintahan itu bisa jatuh. Pertama, kalau pemerintahan terlalu lemah seperti yang dialami Gu Dur saat menjadi Presiden. Kedua, ketika pemerintahan terlalu kuat sehingga memunculkan riak yang terlalu besar dan menganggap kekuasaan adalah musuh besar. Ini terjadi saat Soeharto menjadi pemimpin bangsa ini. Namun, berbeda dengan yang saat ini, bahwa pemerintah SBY itu tidak terlalu lemah. Apalagi pemerintahannya sangat didukung oleh koalisi parpol besar di DPR, sehingga pemerintah ini dapat berjalan dengan baik.


Teguh Juwarno: Kemerosotan Wibawa Presiden Tidak Drastis

Banyak kalangan, khususnya saya pribadi, mengharapkan bahwa dengan legitimasi beliau yang demikian kuat –dipilih oleh 60 persen lebih rakyat dalam Pilpres 2009—presiden agar bisa lebih berani mengambil inisiatif untuk menyelesaikan berbagai masalah. Ketika ini dibiarkan, maka akan menjadi carut-marut dan tidak terselesaikan. Dalam bidang hukum, misalnya, pelemahan terhadap KPK membuktikan tidak adanya respon Presiden terhadap hukum. Ini menimbulkan ketidakpercayaan publik dan kemudian mengakibatkan kemerosotan wibawa beliau. Ini salah satu yang saya yakini, jika hukum ditegakkan, masyarakat akan lebih mempercayai presiden.
Tetapi tidak mudah juga untuk mengatakan bahwa kepemimpinan presiden merosot. Meski bila dilihat dari kacamata masyarakat dan survey ada kecenderungan kesana, tetapi tidak dratis. Terbukti tingkat kepercayaan masyarakat masih diatas 60 persen. Ini realitas yang harus diterima semuanya. Saya sendiri tidak ingin mengeksplotir carut-marut dari kewibawaan kepemimpinan nasional untuk kemudian didorong ke arah impeachment. Artinya, dari kacamata saya masih sangat jauh untuk mengatakan kewibawaan Presiden SBY merosot.


Ikrar Nusa Bhakti: Kritik Tidak Turunkan Wibawa Presiden

Buat saya, itu bukan persoalan menurunnya kewibawaan presiden, karena bagaimanapun ini merupakan negara demokrasi. Kritik terhadap presiden merupakan bagian dari sikap kritis warga negara terhadap seorang presiden. Soal vulgar atau tidaknya (kritik itu disampaikan), apakah kalau buat saya bicara di televisi bahwa seorang presiden jangan cengeng itu vulgar? Yang menjadi persoalan ketika lawan politik menggunakan elemahan ini dan kemudian dia mengambil keuntungan dari situ. Tapi juga harus diingat kalau seorang presiden kemudian jangan seenaknya saja, dia juga harus responsif juga kan? Dan sampai sekarang kita juga bertanya-tanya apakah persoalan Bank Century itu sudah selesai atau belum, karena dengan dibentuknya Setgab Koalisi seolah-olah persoalan Century itu adem anyem saja, seolah-olah itu sudah selesai. Sampai sekarang kita masih juga belum mendapatkan jawaban pasti apakah Partai Demokrat itu juga memainkan Bank Century untuk keuntungan dia di bidang ekonomi pada kampanye Pemliu 2009 yang lalu dan ini masih belum terbongkar.